Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Di Antara Debu-debu Jalanan (Bagian Satu)

11 September 2020   19:54 Diperbarui: 11 September 2020   20:09 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Iya,"

"Jadi pelayan di Warung Makan ini?"

"Ini bukan Warung Makan, Bang."

"Trus, Warung apa?"

"Hmmm, pura-pura lugu nih?" kata Melly lagi seperti orang yang tengah menyelidiki-ku.

"Emang gak tau kok," jawabku kalem.

"Masak Melly harus ngomong terus terang kalau  di tempat ini ada jualan "Ini" sih Bang?" kata Melly lagi sambil berusaha menahan tawanya sendiri, saat ekor matanya berusaha menuntun pandangan kedua mataku ke bagian paha-nya, yang saat ini terpampang dengan jelas di depan mataku.

"Hmmm,"

"Iya, biasanya yang pura-pura lugu kayak Abang ini malah lebih laju kalau udah tau rasanya 'itu', hahaha.." kata Melly tertawa lebar melihat keluguanku.

"Hmm!"

"Hihihi..,"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun