Bagian Empat
"Terus apa tanggapan Si Belah, sewaktu di bilang seperti orang gila, oleh para penganut agama yang Ia temui ditengah perjalanannya?" tanya Oneng lagi sambil menggigit-gigit ujung bibirnya, berusaha meyakinkan dirinya sendiri bahwa saat ini dia baik-baik saja.
"Si Belah mengucapkan terima kasih kepada mereka semua," jawab Jabrik kalem, sambil tersenyum manis ke arah Oneng.
"Loh kok?" Oneng heran dengan jawaban Si Belah.
"Si Belah lebih suka dibilang seperti orang gila. Dari pada dibilang seperti orang waras. Hehehe." Jabrik tertawa terpingkal-pingkal sampai terguncang-guncang bahunya.
"Hemm, iya juga ya? Kalau seperti berarti bukan ya? Trus?" tanya Oneng yang merasa mulai cocok dengan teman bicaranya ini.
"Si Belah terus berjalan," kata Jabrik lagi sambil kembali melihat bibir Oneng.
"Kemana?" kejar Oneng yang sepertinya semakin penasaran dengan cerita Si Belah ini.
Oneng sudah tidak perduli lagi dengan tatapan liar  dan terkadang sedikit kurang ajar dari Lelaki konyol di depannya ini. Anggap saja yang tengah duduk di depannya ini adalah Setan yang tengah diutus Tuhan untuk menguji keimanannya, pikir Oneng sambil senyum-senyum sendiri, melihat tingkah laku Pemuda kurang ajar dan kurang bermoral di depannya ini.
"Belok ke tikungan, lalu masuk ke tempat hiburan malam," jawab Jabrik sambil tersenyum nakal dan sedikit menggoda Oneng yang tengah tersipu malu sambil melihat ke arahnya.