"Bersabarlah  aku akan membantumu menghilangkan kutukan itu," bisikku sambil mengusap bulu-bulu halus di wajah Harimau jantan disebelahku.
"Apapun yang terjadi, aku akan membawa kedua orangtuaku ke hadapanmu dan kita menikah agar hilang semua kutukan yang melekat di tubuhmu. Jika sampai batas waktu mereka tidak datang, maka aku bersumpah akan korbankan hidupku untuk menemanimu, di Hutan Larangan ini selamanya." kataku lagi pada harimau jantan jelmaan lelaki yang kucintai itu.
Aku dan Harimau jantan, jelmaan lelaki sampan yang di kutuk oleh nenek penunggu Hutan Larangan itu duduk di pinggir sungai Tapa yang terlihat arusnya masih deras, meski kecil kemungkinan ada sampan lain melintas disitu tapi aku masih berharap ada sampan yang lewat di situ.
Aku putus asa karena hari mulai gelap dan udara mulai terasa dingin, baju putih yang aku pakai warnanya sudah tidak karuan dan rok hitam yang terlihat kotor tidak mampu mengusir rasa dingin, Â aku merapatkan tubuhku pada Harimau jantan yang tubuhnya terasa hangat.
Lama menunggu di pinggir sungai Tapa, tapi tidak ada satupun sampan yang lewat. Harimau jantan disebelahku ini seperti memahami perasaanku, sambil mengaum kecil ia menjulurkan lidahnya untuk menjilati wajahku. Dalam kedukaan karena melihat keadaannya Aku kembali menangis sambil memeluk leher Harimau jantan itu.
"Bersabarlah sayang, Â aku akan tetap di sini bersamamu, aku tak akan pernah meninggalkanmu sampai kapanpun, aku berjanji atas nama Tuhanku dan Tuhanmu" kataku lagi sambil mengecup kening Harimau jantan itu setelah mengusap-usap bulu-bulu halus warna kuning kemerahan sedikit gelap di leher harimau jantan itu.
Harimau jantan itu terus menjilati sekujur tubuhku, seolah ingin memberi kekuatan dan kehangatan karena cuaca mulai terasa dingin menusuk kulit,  karena jilatannya membuat tubuhku terasa hangat dan kejadian tadi di pondok  kayu itu terulang kembali, aku memekik kecil dan terkulai lemas hingga aku tak sadarkan diri karena tertidur pulas.
Wajahku terasa hangat terkena sinar mentari, oh Tuhan, ternyata aku ketiduran dan Harimau itu tidak ada di sebelahku, aku sendirian tertidur beralaskan dedaunan di pinggir sungai Tapa ini.
Aku berusaha mencari Harimau jantan itu tapi badan terasa lemas, aku menangis karena takut bercampur kesal, aku putuskan untuk diam di pinggir sungai menunggu sampan yang lewat di sungai Tapa.
Pikiranku melayang teringat pada orangtua nun jauh di sana, pada Kepala Desa yang menampung aku selama bertugas di daerah terpencil ini, pada murid-muridku juga rekan guru, pasti mereka khawatir karena aku tidak ada kabar.Â
Sekelebat muncul wajah Mirna anak Kepala Desa yang naksir lelaki sampan. Bagaimana perasaannya jika tau lelaki yang dia sukai berubah menjadi harimau dan harus menikahi-ku?Â
Kepalaku pening dengan perasaan tidak karuan memikirkan masalah itu. Seandainya orangtuaku datang ke Hutan Larangan dan merestuiku untuk menikah dengan lelaki sampan dan kutukan itu menghilang, aku akan minta lelaki sampan untuk menikahi Mirna juga.
Dalam kesendirian aku kembali menangis sesegukkan. Apa mungkin orangtuaku akan datang ke Hutan Larangan? Sedangkan mereka tidak tau keadaanku di sini.
Gawaiku mati total. Aku tidak bisa menghubungi siapapun saat ini. Di tempat ini aku hanya bisa pasrah menunggu keajaiban.Â
Aku ikhlas, bila harus terkurung di Hutan Larangan ini bersama Harimau jantan jelmaan lelaki Sampan yang aku sayangi.  Tapi aku harus optimis dan aku akan tetap menunggu di pinggir sungai Tapa ini sampai nanti ada sampan yang lewat disini. Aku yakin, suatu saat pasti ada sampan yang lewat  di tempat aku berada, bisa hari ini, besok, lusa bahkan minggu depan sampai keadaan Sungai Tapa kembali stabil.  Demi Harimau jantan jelmaan lelaki sampan aku harus kuat.
Lamunanku buyar ketika tiba-tiba di samping tempatku duduk jatuh buah Durian kesukaanku dan Harimau jantan yang sedari tadi kutunggu-tunggu tiba-tiba saja muncul disampingku.
Setelah membuka kulit durian itu dengan gigi dan cakarnya, Harimau jantan jelmaan lelaki sampan itu menatapku, seolah-olah ingin mengatakan kepadaku bahwa ia sengaja membukakan durian itu untukku.
Kuikuti permintaannya, segera kuambil daging buah durian dan langsung memasukannya kedalam mulutku.
Hemm.. enak sekali buah ini, melihat Harimau jantan itu memperhatikanku yang tengah mengemut biji durian itu, segera kuambilkan satu biji buah durian lainnya dan segera aku suapkan kedalam mulutnya.
Setelah menyuapkan buah durian kedalam mulutnya, sambil memeluk lehernya dengan kasih aku berkata pada Harimau jantan yang telah membawakan durian untukku itu.
"Mas, jangan pernah tinggalkan aku" bisikku pelan, masih memegangi ujung biji buah durian yang belum sepenuhnya berhasil masuk ke dalam mulut Harimau jantan itu.
Bersambung
Catatan: Di buat oleh, Apriani Dinni dan Warkasa1919.  Baca juga Aku dan Wanita Cantik Ditepi Sungai Tapa yang di buat oleh, Warkasa1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan. Cerita ini juga Tayang di Secangkir Kopi Bersama dalam versi lainnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H