Kepalaku pening dengan perasaan tidak karuan memikirkan masalah itu. Seandainya orangtuaku datang ke Hutan Larangan dan merestuiku untuk menikah dengan lelaki sampan dan kutukan itu menghilang, aku akan minta lelaki sampan untuk menikahi Mirna juga.
Dalam kesendirian aku kembali menangis sesegukkan. Apa mungkin orangtuaku akan datang ke Hutan Larangan? Sedangkan mereka tidak tau keadaanku di sini.
Gawaiku mati total. Aku tidak bisa menghubungi siapapun saat ini. Di tempat ini aku hanya bisa pasrah menunggu keajaiban.Â
Aku ikhlas, bila harus terkurung di Hutan Larangan ini bersama Harimau jantan jelmaan lelaki Sampan yang aku sayangi.  Tapi aku harus optimis dan aku akan tetap menunggu di pinggir sungai Tapa ini sampai nanti ada sampan yang lewat disini. Aku yakin, suatu saat pasti ada sampan yang lewat  di tempat aku berada, bisa hari ini, besok, lusa bahkan minggu depan sampai keadaan Sungai Tapa kembali stabil.  Demi Harimau jantan jelmaan lelaki sampan aku harus kuat.
Lamunanku buyar ketika tiba-tiba di samping tempatku duduk jatuh buah Durian kesukaanku dan Harimau jantan yang sedari tadi kutunggu-tunggu tiba-tiba saja muncul disampingku.
Setelah membuka kulit durian itu dengan gigi dan cakarnya, Harimau jantan jelmaan lelaki sampan itu menatapku, seolah-olah ingin mengatakan kepadaku bahwa ia sengaja membukakan durian itu untukku.
Kuikuti permintaannya, segera kuambil daging buah durian dan langsung memasukannya kedalam mulutku.
Hemm.. enak sekali buah ini, melihat Harimau jantan itu memperhatikanku yang tengah mengemut biji durian itu, segera kuambilkan satu biji buah durian lainnya dan segera aku suapkan kedalam mulutnya.
Setelah menyuapkan buah durian kedalam mulutnya, sambil memeluk lehernya dengan kasih aku berkata pada Harimau jantan yang telah membawakan durian untukku itu.
"Mas, jangan pernah tinggalkan aku" bisikku pelan, masih memegangi ujung biji buah durian yang belum sepenuhnya berhasil masuk ke dalam mulut Harimau jantan itu.