Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

8 Kendala Pembelajaran Jarak Jauh yang Dirasakan Orangtua dan Peserta Didik

22 Juni 2020   04:20 Diperbarui: 11 Juni 2021   12:12 3674
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
8 Kendala Pembelajaran Jarak Jauh yang Dirasakan Orangtua dan Peserta Didik. | Ilustrasi: dunia.tempo.co

Tak bisa dipungkiri kehadiran  Covid-19 yang  tidak pernah kita harapkan kehadirannya, berhasil mengacaukan kehidupan manusia di dunia. Semua sektor terkena imbasnya, begitupun dunia pendidikan.

Dulu kita, terutama saya, membayangkan libur sekolah lebih  lama, kita selalu bercanda dengan me-merahkan tanggal di kalender, serta ingin merasakan kembali bulan puasa di rumah tanpa ke sekolah seperti jaman  Gus Dur menjadi orang nomor satu di negeri tercinta ini.

Sekarang doa dan harapan kita dikabulkan oleh Sang Maha Pencipta, tidak tanggung-tanggung tiga bulan penuh kita WFH dan kemungkinan diperpanjang sampai Bulan Desember 2020, otomatis peserta didik melaksanakan PJJ  (Pembelajaran Jarak Jauh) atau BDR (Belajar Dari Rumah) lebih lama lagi.

Hari Jumat tanggal 19 Juni 2020 dan hari Sabtu tanggal 20 Juni 2020, sekolah kami melaksanakan pembagian rapor. Karena berbagai hal terpaksa kami membagikan rapor secara manual, dengan protokol kesehatan tentunya.

Baca juga: Tips Supaya Anak Tidak Bosan Belajar Daring di Rumah

Kami menyadari kemampuan orangtua peserta didik yang hampir 90 persen menengah ke bawah, setelah di evaluasi yang mempunyai android apalagi laptop hanya  sedikit, dan tidak mungkin pembagian rapor dilaksanakan secara virtual atau online.

Pembagian raporpun kami lakukan selama dua hari dan setiap kelas dibagi jadwal dengan waktu yang  berbeda, kami beri waktu setiap kelas satu setengah jam untuk membagikan rapor pada orangtua peserta didik.  Dan alhamdulillah berjalan lancar tidak ada berkerumun karena setiap guru  kelas juga membagi tiga sesi lagi sesuai absen orangtua peserta didik yang mengambil rapor. Jadi mereka tidak datang secara bersamaan. 

Setelah pembagian rapor, saya memimpin rapat akhir tahun, untuk mengevaluasi kendala para guru, selama melaksanakan pembelajaran jarak jauh yang sudah dilaksanakan selama tiga bulan kemarin.

Dari hasil curhatan para guru dan orangtua peserta didik, saya simpulkan sebagai berikut:

Pertama, orangtua menginginkan adanya pembelajaran tatap muka secara langsung, meski tidak tiap hari. Rata-rata orangtua merasa kewalahan dengan pembelajaran jarak jauh dan mengajar putra putrinya selama di rumah.

Baca juga: Dampak Belajar Daring Terlalu Lama

Kedua, selama pembelajaran jarak jauh rata-rata peserta didik bangun siang dan merasa belajar online itu bukan belajar yang sebenarnya jadi mereka mengerjakan soal semaunya.

Ketiga, emosi peserta didik selama di rumah meningkat, karena mereka tidak bisa bersosialisasi dengan teman sebaya dan terkurung di rumah, mereka merasa jenuh serta ingin belajar di sekolah seperti sebelumnya.

Keempat, orangtua merasa kewalahan mengajar putra putrinya di rumah, karena tidak memahami materi pelajaran  sekolah, alhasil memicu emosi orang tua pada putra putrinya.

Kelima, terkendala dengan gawai yang mereka miliki, karena sebagian besar peserta didik tidak mempunyai gawai pribadi, dan  sebagian besar  orangtua di sekolah kami tidak memiliki android yang mereka miliki adalah gawai jadul yang hanya bisa untuk telepon dan sms saja. 

Jadi peserta didik terpaksa meminjam pada saudaranya seperti paman, tante, kakak dan sepupunya dan lain sebagainya, yang pasti tidak bisa 24 jam mereka pinjamkan karena pagi sampai sore hari gawai itu  dibawa mereka ke tempat kerja.

Baca juga: Belajar Daring Lebih Asyik Melalui Media Video

Keenam, orangtua peserta didik kami sebagian besar bekerja serabutan, mereka juga terkena dampak Covid-19 dengan tidak mempunyai  penghasilan tetap, meski ada uang mereka utamakan untuk mengganjal perut  daripada membeli kuota atau pulsa.

Ketujuh, channel TVRI yang melaksanakan pembelajaran online tidak ditangkap jelas oleh televisi mereka di rumah

Kedelapan, kendala dari para guru yang kerepotan memberi penilaian pada peserta didik yang tidak mengerjakan tugas sama sekali. Serta masih ada guru yang gagap teknologi, belum lagi orangtua atau wali murid yang kurang peduli karena mereka sibuk mencari nafkah.

Ini kendala yang kami rasakan selama peserta didik belajar dari rumah. Sekarang kami akan menghadapi  lagi, peserta didik belajar dari rumah selama enam bulan kedepan. Ini menjadi tantangan kami para pendidik, bagaimana cara dan teknis supaya peserta didik mendapatkan haknya meski mereka di rumah.

Tunggu langkah kami selanjutnya.

ADSN1919

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun