Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Hobby

Jangan Ragu untuk Mulai Menulis

3 Juni 2020   22:15 Diperbarui: 3 Juni 2020   22:28 238
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

'Menulislah dengan merdeka'

'Jangan takut salah ketika kita menulis'

'Kita penulis terbaik minimal untuk diri sendiri'

kata-kata yang diucapkan oleh seorang narasumber ketika saya mengikuti kelas menulis. Kata-kata itu menjadi penyemangat saya untuk kembali menulis.

Jujur saja dari kecil saya penyendiri, lebih aman dan damai ketika berada di kamar. Saya tidak bisa mengungkapkan perasaan saya pada orang lain karena takut ditertawakan. Pelampiasan saya adalah menulis di buku Diary, disitu saya bebas menulis apa saja, rasa tidak suka dan rasa suka. 

Tapi karena takut dibaca orang lain, sering tulisan di lembaran kertas itu saya robek dan saya buang ke tempat sampah. Tapi lama kelamaan saya merasa sayang juga masa cape-cape menulis berakhir di tempat sampah. Saya menulis di diary tapi mulai memakai kata kiasan dan saya sendiri yang faham.

Semua tulisan saya simpan sendiri baik puisi atau cerpen, waktu SD saya paling senang pelajaran mengarang sampai kertas folio penuh depan dan  belakang.

Kenapa saya menceritakan masa kecil saya dan diary? karena saya tau tapi bukan berarti saya sok tau ya, diantara teman-teman pasti ada yang  suka curhat  dengan menulis diary, ayo jujur, pasti ada, menurut saya lanjutkan karena dengan menulis diary tulisan kita terasah. 

Kalau ada yang suka curhat lewat menulis puisi itu keren juga, daripada kita marah-marah ga jelas lebih baik tuangkan lewat tulisan. Karena tulisan adalah sejarah kita di masa depan.

Menulis itu tidak sulit sebenarnya, tapi pikiran sendiri yang membuat sulit, karena apa? Karena takut salah dan tidak sesuai teori, menurut saya teori urutan terakhir, yang penting ada kemauan menulis dulu, tulis apa yang kita rasakan, apakah rasa sedih, kecewa, senang, galau atau jatuh cinta. 

Biasanya kalau orang jatuh cinta atau putus cinta banyak yang jadi pujangga dadakan, tapi masalahnya apa kita harus jatuh cinta dulu baru mulai menulis? Tidaklah.

Menurut saya anggap tulisan itu seperti adonan, mau kita apakan adonan itu, mau kita biarkan atau kita olah menjadi makanan yang enak. Ingat ya, chef yang handal juga mengalami berpuluh-puluh kali kegagalan dalam membuat satu resep makanan, tapi karena mereka pantang menyerah dan terus berusaha akhirnya dapat resep untuk masakan atau resep kue yang enak.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun