Di antara suara Saluang yang masih terdengar pelan di tempat ini, di keremangan cahaya, Datuk Garang Bamato Merah dan Nenek tua berkerudung bergo panjang warna merah marun itu terus berjalan, meninggalkan aku dan  Lelaki sampan yang saat ini telah menjadi seekor Harimau jantan di depannya.
"Demi langit yang aku panggil sebagai ayah dan bumi yang aku panggil sebagai ibu. Demi ayah dan ibuku serta Tuhan yang menyaksikan perbuatan kalian berdua di tempat ini, aku iklaskan kalian menjadi pasangan suami istri, Andini, jika kau memang menyayangi lelaki ini, pergilah temui kedua orang tuamu sebelum 40 hari untuk meminta restu pada kedua orang tuamu agar merestui pernikahan kalian berdua nanti."
Di antara suara Saluang yang perlahan mulai menjauh dari tempat ini, sayup-sayup kudengar suara Nenek tua berkerudung bergo panjang merah marun ini terdengar pelan di telingaku yang tengah menangis sesegukan di samping Harimau jantan di pinggir Makam Keramat di tengah-tengah Hutan Larangan.
-Bersambung-
Bahan bacaan:Â 1,2
Catatan : Di buat oleh, Warkasa1919 dan Apriani Dinni. Baca juga Aku dan Penunggu Hutan Larangan yang di buat oleh, Warkasa1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H