Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Cinta di Pondok Hutan Terlarang

5 September 2019   13:00 Diperbarui: 28 Maret 2020   20:28 425
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku mengaduh menahan rasa sakit, saat tangan lelaki sampan menyentuh pergelangan kakiku. Kulihat kulit pergelangan kakiku memerah.

****

"Masih terasa sakit?" Tanyanya setelah selesai mengurut pergelangan kakiku, aku luruskan kedua kakiku di atas kedua pahanya, aku tersenyum menatap lelaki tampan yang duduk di atas bale-bale disebelahku. 

Walaupun bale-bale kayu ini terlihat sederhana, tapi menurutku cukup nyaman jika di pakai untuk tidur, apalagi jika dalam keadaan tubuh yang sudah begitu letih, karena seharian berjalan kaki dari tepi hutan larangan sampai ke tengah hutan larangan yang jaraknya lumayan jauh, apalagi dalam cuaca yang sedang tak bersahabat seperti saat ini.

"Udah sedikit berkurang, terima kasih Mas." Kataku pelan sambil tersenyum menatap wajah lelaki sampan. 

Setelah kedua kaki aku turunkan dari atas paha lelaki sampan, ia langsung turun dari atas bale-bale, mendekati ke arah tungku mencari sesuatu, entah apa yang tengah dicarinya. 

Ternyata ia mengambil sebuah kendi, setelah melihat kedalam kendi dan memastikan aman, lelaki sampan langsung meneguk air di dalam kendi, dan kulihat ia diam setelah minum air kendi, kemudian ia menyodorkan kendi berisi air putih ke arahku yang sendari tadi mengawasi gerak gerik lelaki sampan itu. 

"Minumlah," kata lelaki sampan  sambil menyodorkan kendi berisi air yang di genggamannya itu ke arahku.

Ada keraguan ketika aku menerima kendi dari tanganku. Jujur aku takut meminum air sembarangan apalagi di tengah hutan seperti ini, dan pondok kayu yang sudah lama ditinggal penghuninya, entah berapa lama air itu dalam kendi, bisa bulanan bahkan tahunan.

"Minumlah, kalau memang air ini beracun tentu aku sudah mati kelojotan dengan mulut berbusa setelah meminumnya air ini tadi." Kata lelaki sampan pelan sambil tertawa ke arahku  yang masih terlihat ragu-ragu menerima kendi dari tangan kanannya itu.

Lelaki sampan berhasil meyakinkanku, dan memang aku melihat ia tidak apa-apa setelah meminum air kendi tadi. Dengan perlahan, setelah mengintip air di dalam kendi terlebih dulu, akhirnya sambil melihat ke arah lelaki sampan  aku beranikan diri meminum air itu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun