Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Aku dan Lelaki Sampan di Hutan Larangan

28 Agustus 2019   19:19 Diperbarui: 28 Maret 2020   19:52 495
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

****

Lelaki sampan menurunkan tubuhku dengan hati-hati tatkala kami sampai di dalam pondok kayu, sambil memintaku membersihkan diri di tempat penampungan air hujan.

Di sebelah kanan pondok kayu ukuran 4 x 6 yang memiliki atap dari jerami dan dedaunan, serta berdindingkan kulit kayu, aku melihat ada tempat penampungan air yang terbuat dari tanah liat, jika melihat posisi tempat penampungan air itu, sepertinya memang sengaja di tempatkan untuk menampung air hujan di situ.

"Aku," kata-kataku terhenti, sambil menatap ke arah penampungan air dan ke arah lelaki sampan  secara bergantian.

"Mandilah, bersihkan semua tanah-tanah yang menempel di bajumu, aku akan pergi sebentar, mau mengambil tas dan sepatumu yang masih tertinggal di tempat kita terjatuh tadi." Kata lelaki sampan pelan, sepertinya dia mengetahui keraguanku untuk membersihkan diri di depan matanya. 

Ketika lelaki sampan pergi,  dengan berjalan tertatih-tatih menahan sakit pada pergelangan  kaki kananku yang terkilir, aku segara mandi dan membersihkan baju dari kotoran tanah yang menempel. Kemudian aku peras dan aku kenakan kembali, badanku terasa segar setelah di bersihkan ditempat penampungan air hujan tadi.

****

Aku memakai baju terburu-buru ketika aku mendengar langkah kaki mendekat ke arah pondok kayu, sekilas aku melihat lelaki sampan berjalan mendekati pondok kayu sambil menenteng tas dan sepatu yang terlihat penuh tanah. 

Aku sempat melihat mata lelaki sampan melirik ke arah dadaku saat aku tengah kerepotan mengenakan pakaianku.  Kancing baju putih yang aku kenakan belum terkancing semua, begitu juga dengan rok kain panjang yang aku kenakan, masih tersingkap di sana-sini. Aku pura-pura tak melihatnya, saat lelaki sampan ini diam-diam terus memperhatikanku, sepertinya dia menahan geli saat melihatku tengah berusaha menutupi aurat tubuhku yang masih belum tertutup sempurna menutupi seluruh aurat di tubuhku.

-Bersambung-

Catatan : Di buat oleh, Apriani Dinni dan Warkasa1919. Baca juga Aku dan Wanita Cantik di Atas Sampan yang di buat oleh, Warkasa1919. Cerita ini hanya fiksi belaka, jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun