Kunikmati sentuhan sensitivitas dari puisi Aprianni Dinni pada lingkungannya. Laksana bulir embun bersiap pergi menanti sinar mentari pagi. Racikan kata-kata itu bak mantra yang menggajakku berkelana pada kepahitan luka, kesunyian rindu dan keindahan senja.
Jarang kutemui, keberanian pensyair wanita mengolah diksi romantis, terkadang sensual yang tak vulgar namun menggoda! Hal itu, salah satunya ada pada untaian lirik Apriani Dinni. Aku serasa diajak menjenguk dunia tersembunyi yang dipenuhi aroma merah jambu. Hingga lupa mereguk secangkir kopi yang terbiar bisu.
Terakhir, di antara kesibukan dengan rutinitas yang berlaku, mampu mewujudkan kreatifitas berwujud buku. Apriani Dinni layak menjadi contoh sosok pendidik kreatif dan produktif.
zaldychan
02.07.2019
---
Bahasa yang digunakan mudah dipahami, namun tetap indah. Diksi yang digunakan pun sangat serasi. Â Cinta, rindu, kesetiaan, cemburu, Â harapan, kebahagiaan, masa lalu, merupakan ciri khas puisi-puisinya. Semua terangkum dalam untaian kata yang bercerita dan bermakna.
Rasanya ingin mengulang dan mengulang kembali untuk membacanya. Rasa kagum dan mengagumi, cinta yang begitu dalam terpatri menyatukan asa dalam kata-kata indah puisi karya Bu ADSN.
Ratu Nandi, guru SDN Kaliabang Tengah VIII Kota Bekasi, anggota KPLJ, Kompasianer
---
_Tentang Rindu_ pada _Secangkir  Kopi dan Kamu, _Tentang *galau*_ pada _Katamu Kita Bagai Cermin_  yang berakhir pada kesan itu tadi, tinggalkan kesan yang sukar untuk dilupakan pada bait terakhirnya.  Inilah puisi-puisi _racikan_ Bu Hj. Dinni yang sangat kunanti. Barakallah untuk semua puisinya
Kutunggu segera tiba di Permata Bandung Barat
nianyayusuf, guru SMAN 1 Padalarang Bandung, anggota KPLJ, Kompasianer
---