Untukmu Lelaki yang selalu menganggapku  sebagai istrimu.
Entah dari mana aku harus mulai menuliskan semua ini.
Tak terasa pernikahan kita sudah berjalan hampir 20 tahun lamanya, namun waktu yang terasa begitu lama kurasakan itu tak juga mampu menumbuhkan rasa cintaku  padamu.
Jujur saja selama menjalani pernikahan ini aku berusaha untuk belajar mencintaimu, kucoba isi hatiku dengan namamu. Tapi setelah dua puluh tahun berlalu aku sadar ternyata aku gagal untuk mencintaimu.
Dan seperti pertanyaanmu yang  tidak pernah bisa aku jawab itu, untuk yang terakhir kalinya, melalui surat ini aku berusaha untuk jujur terhadapmu.
Mungkin engkau sudah lama merasakan hal itu, ketika lidahku itu  begitu kelu setiap kali aku berusaha mengucapkan dua kata itu di depanmu.
"Aku mencintaimu,"
Dua kata itu adalah hal yang paling sulit kuucapkan selama ini terhadapmu. Maafkan aku, cinta memang tidak pernah hadir  di dalam hatiku.
Dua puluh tahun bukanlah waktu yang sebentar, tapi saat pertama kali engkau hadir di dalam kehidupanku, tak lama setelah bapak menolak kehadiran orang yang menjadi cinta pertamaku itu seperti masih terasa baru buatku.
Masih terlihat jelas dimataku saat keluargaku tak merestui hubunganku dengan lelaki yang selama ini aku sebut sebagai pacar itu.
Saat itu di depan lelaki yang tidak berhasil menjadi suamiku, aku menangis saat lelaki yang menjadi cinta pertamaku itu bertanya padaku, "Kesalahan apa yang sudah aku perbuat, hingga orangtuamu tidak mau menerimaku menjadi bagian dari keluargamu?"
Aku ingat, waktu itu, sebelum orangtuaku menerima lamaran keluargamu. Sore itu dia mengantarku pulang ke rumah, saat itu dia di sambut acuh tak acuh oleh keluargaku. Hingga dia pamit pulang, setelah mengantarku, tidak ada satu patah katapun dari keluargaku yang bersedia membalas ucapan salamnya saat dia pamit kepada orangtuaku.
Dan setelah lelaki yang mengantarkan aku pulang, Â aku disidang oleh orang tua dan disaksikan saudara-saudaraku. Sambil mengusap air mata yang jatuh di kedua pipiku, aku terima permintaan mereka yang tak lagi memperbolehkan lelaki itu datang menemuiku. Dalam keadaan tertekan, aku dipaksa untuk memilih dia atau keluargaku.Â
"Engkau tahu bahwa itu adalah pilihan yang sangat berat buat anak gadis seusiaku."Â
Hingga akhirnya aku mengorbankan rasa cintaku pada lelaki yang menjadi cinta pertamaku itu demi keluargaku. Saat itu, sambil meneteskan air mata, di depan keluargaku, aku berjanji, bahwa aku akan menerima siapapun lelaki yang di terima oleh orangtuaku untuk menjadi pendamping hidupku nanti.
Dan tak lama setelah keluargaku  menolak lelaki yang menjadi cinta pertamaku, entah kenapa saat itu orangtuaku  bisa menerimamu dengan tangan terbuka. Meski  hatiku masih belum bisa menerimamu, tapi aku ingat bahwa sebelum kedatanganmu, aku sudah terlanjur berjanji pada keluargaku untuk menerima siapapun lelaki yang di restui oleh kedua orangtuaku sebagai pendamping hidupku.
Hatiku terasa begitu kosong dan hampa ketika harus menerima kenyataan, bahwa aku harus menerima keputusan keluargaku  harus menikah denganmu.Â
Saat itu, sambil menangis di depan cermin besar di dalam kamar tidurku, aku  melihat pantulan wajahku di dalam cermin besar itu, aku coba meyakinkan diriku sendiri, bahwa apa yang aku lakukan  semata-mata untuk membahagiakan kedua orangtuaku. Dan demi keluargaku aku rela korbankan kebahagiaanku sendiri, demi menjaga nama baik orangtuaku.
Saat itu sambil menatap pantulan wajahku di dalam cermin besar di depanku, aku berusaha untuk menghibur diriku sendiri, bahwa cinta akan datang seiring berjalannya waktu.
Tahukah engkau, bahwa di hari pernikahan kita, jujur saja, saat itu aku masih berharap bahwa lelaki yang pernah di tolak mentah-mentah oleh keluargaku akan datang menemui dan membawaku pergi dari hadapanmu dan juga keluargaku. Tapi seperti yang engkau tahu, semua keinginanku itu tidak pernah terjadi, hingga akhirnya aku harus menerima semua kenyataan pahit itu, dimana selama dua puluh tahun lamanya aku harus menjalani pernikahan denganmu tanpa ada rasa bahagia sama sekali.
Maafkan aku jika saat ini sudah tidak sanggup lagi untuk membohongi dirimu dan juga diriku sendiri. Dan melalui surat ini, aku ingin mengatakan padamu bahwa aku ingin berpisah denganmu. Carilah perempuan yang benar-benar tulus mencintaimu, karena hingga detik ini jujur saja aku masih belum mampu untuk mencintaimu.
Melalui surat ini, aku ingin mengatakan padamu, biarkan aku menjauh dari kehidupanmu, biarkan aku sendiri, tolong jangan bujuk aku untuk terus hidup bersamamu, sebab aku sadar sudah terlalu banyak dosa yang telah aku lakukan selama hidup bersamamu. Entah apa dosa masa lalumu,  hingga diam-diam di belakangmu aku berani selingkuh dengan (S), orang  kepercayaanmu yang selama ini engkau tugaskan untuk mengawasi semua gerak-gerikku di belakangmu.
Tahukah engkau? Bahwa (S) adalah lelaki pertama yang menodaiku di belakangmu. Bukan (A), mantan pacar dan juga cinta pertamaku yang selama ini begitu engkau takuti akan membawaku pergi dari kehidupanmu.
Tak lama setelah (S) berhasil menodaiku, aku menjalin hubungan dengan (R) sepupuku sendiri yang saat itu terlihat begitu baik di mataku. Dan seandainya (R), lelaki pengecut yang sudah aku anggap seperti suamiku sendiri selain dirimu jadi menikahiku seperti janjinya pada saat pertama kali dia berhasil meniduriku, mungkin  saat itu aku sudah menuliskan surat ini buatmu.
Ternyata (R) adalah lelaki pengecut yang begitu takut terhadap istrinya sendiri, hingga setelah perselingkuhanku dengannya itu di ketahui oleh istrinya, (R) pergi meninggalkanku di saat aku benar-benar mencintainya. Dan setelah (R) mencampakanku begitu saja, saat itu aku betul-betul menggila di belakangmu.
Hatiku hancur setelah (R) mencampakanku begitu saja, setelah tidak menjalin hubungan dengan (R), saat itu bukan cuma mantan atasan dan rekan-rekan kerjaku yang kesepian saja yang aku biarkan menggilir tubuhku. Lelaki muda baru lulus kuliah yang aku tolong mendapatkan pekerjaan, hingga pengemudi Online langganankupun aku biarkan memperlakukanku seperti layaknya seorang pelacur yang bisa mereka pakai kapanpun mereka  menginginkan kehangatan dariku.
Untukmu lelaki yang tidak pernah aku anggap sebagai suamiku, maafkanlah semua kesalahanku selama ini di belakangmu. Jujur saja aku sudah terlalu lelah untuk menjalani semua sandiwara ini. Seperti yang engkau tahu, selama ini aku selalu memperlihatkan pada semua orang dan keluarga besarku bahwa hubunganku denganmu baik-baik saja.
Cukup sudah! Saat ini aku sudah tidak ingin berbohong lagi pada semua orang-orang di sekelilingku. Demi kebaikanku dan juga kebaikanmu. Melalui surat ini aku mohon  CERAIKAN AKU.
Kota kembang, 19-09-2019
Dari wanita yang tidak pernah bisa mencintaimu.
------------
Aku melipat surat untuk lelaki yang di mata semua orang itu adalah suamiku dengan  tangan gemetar, tanpa terasa air mataku membasahi kedua pipi, saat mengingat karena rasa benci pada orang yang seharusnya ku jadikan imam buatku itu ternyata telah membuat aku melakukan hal-hal gila yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh mereka yang selama ini sudah terlanjur memanggilku dengan sebutan ibu Hajah itu.
Dua puluh tahun lamanya aku simpan rapat-rapat sisi gelapku. Cukup sudah masa-masa kelam kulewati bersama lelaki yang sudah dua puluh tahun lamanya menjadi pendamping hidupku itu. Aku sadar kebencianku terhadapnya, telah membuatku semakin  terperosok ke dalam kubangan dosa. Dan melalui surat ini, aku ingin mengatakan padanya, bahwa saat ini aku ingin melanjutkan langkah kakiku seorang diri, tidak ingin bersamanya lagi.
-----------
"Haloo..,"
Kubalas sapaan suara seseorang di seberang  telepon. Aku tahu nomor telpon yang baru masuk itu adalah nomor telepon milik lelaki yang selama ini berstatus sebagai suamiku.
Setelah melipat surat yang rencananya akan kuberikan pada lelaki yang sudah dua puluh tahun lamanya hidup bersamaku, tanpa sadar aku tertidur masih dengan selembar surat di tanganku. Â Dan suara dering telpon genggam milikku itu baru saja membangunkanku yang sempat tertidur setelah mencurahkan isi hatiku ke dalam surat ini.
"Hallo, selamat sore ini dari kepolisian, apa betul ini nomor ibu Andinni, istri dari bapak Rendy?"
"Betul pak, ada apa ya?"
"Ibu harap segera ke Rumah Sakit Nusantara. Ini menyangkut masalah bapak Rendy."
"Apa yang terjadi dengan bapak Rendy, pak?" Tanyaku pada suara di ujung telepon genggam itu.
"Mohon maaf saya tidak bisa menjelaskan lewat telepon, sebaiknya ibu segera ke Rumah Sakit kami tunggu bu, terima kasih, selamat sore."
Tuuut....tuuut...tuuut telepon terputus.
-----
Aku tiba di rumah sakit setelah 15 menit perjalanan dari rumah. Aku di arahkan oleh petugas rumah sakit ke ruangan paling belakang dari gedung utama rumah sakit itu.
Sampai di ruangan aku melihat tulisan  'KAMAR MAYAT'.  Badanku terasa lemas saat melihat tubuh lelaki yang sudah dua puluh tahun lamanya hidup bersamaku itu terbujur kaku di depanku. Tak terasa airmataku mengalir deras.
"Tuhan lebih menyayanginya, dia meninggalkan aku untuk selamanya, disaat aku ingin pergi meninggalkannya."Â
Rintihku sambil melihat jasad yang terbujur kaku di depanku itu.
--------
Surat yang pernah kutulis untuk lelaki yang selama dua puluh tahun lamanya itu berstatus sebagai 'suami,' ku itu tidak pernah sampai ke tangannya. Seminggu setelah kematiannya, pelan-pelan misteri yang selama ini tertutup rapi, terbuka dengan sendirinya.
Ternyata dulu sebelum dia dan keluarganya itu datang melamarku, diam-diam mantan suamiku itu pergi menemui seorang dukun untuk mengguna-gunai aku dan juga keluargaku agar menerima pinangannya saat melamarku. Pantas saja waktu itu aku dan keluargaku  tidak mampu menolak keinginannya, disaat dia mengutarakan niatnya  untuk  melamarku.
Berdasarkan olah TKP yang di lakukan oleh pihak Kepolisian, akibat kecelakaan beruntun di depan hotel, di mana dahulu aku sering diajak berkencan oleh sepupuku, ternyata kematiannya itu di sebabkan oleh perbuatannya sendiri, sore itu dia dengan sengaja menabrakkan mobil yang di kendarainya ke arah mobil yang saat itu di kendarai oleh lelaki pengecut yang dulu pernah berjanji hendak menikahiku itu.
Pertengkaran antara (R) yang berujung pada perceraian dengan istrinya, ternyata turut membongkar aib nya ketika masih berselingkuh denganku dulu. Dan lelaki yang pernah menjadi suamiku, mengetahui dari mulut istri (R) bahwa suaminya itu ternyata pernah meniduriku di dalam kamar anak gadisku, di saat dia sedang tugas di luar kota.
Dan setelah lelaki yang pernah menjadi suamiku itu mengetahui perbuatan gilanya terhadapku, dia lalu merencanakan pembunuhan untuk menghabisi nyawa lelaki yang pernah membuatku patah hati, karena dia lebih memilih istrinya itu.
Berdasarkan saksi mata di TKP, sore itu, dalam kondisi marah, lelaki yang pernah menjadi suamiku itu memacu mobilnya saat berpapasan dengan mobil yang di kendarai oleh sepupuku. Hingga terjadi kecelakaan beruntun di depan hotel, tempat  dahulu sepupuku sering meniduriku di salah satu kamar hotel itu.
"Tuhan maafkanlah semua dosa dan kesalahanku, maafkan dosa kedua lelaki yang pernah hadir di dalam kehidupanku."
-Selesai-
ADSN & 1919
Catatan : Di buat oleh, Â Apriani Dinni dan Warkasa1919. Jika ada kesamaan Foto, nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H