Tahukah engkau? Bahwa (S) adalah lelaki pertama yang menodaiku di belakangmu. Bukan (A), mantan pacar dan juga cinta pertamaku yang selama ini begitu engkau takuti akan membawaku pergi dari kehidupanmu.
Tak lama setelah (S) berhasil menodaiku, aku menjalin hubungan dengan (R) sepupuku sendiri yang saat itu terlihat begitu baik di mataku. Dan seandainya (R), lelaki pengecut yang sudah aku anggap seperti suamiku sendiri selain dirimu jadi menikahiku seperti janjinya pada saat pertama kali dia berhasil meniduriku, mungkin  saat itu aku sudah menuliskan surat ini buatmu.
Ternyata (R) adalah lelaki pengecut yang begitu takut terhadap istrinya sendiri, hingga setelah perselingkuhanku dengannya itu di ketahui oleh istrinya, (R) pergi meninggalkanku di saat aku benar-benar mencintainya. Dan setelah (R) mencampakanku begitu saja, saat itu aku betul-betul menggila di belakangmu.
Hatiku hancur setelah (R) mencampakanku begitu saja, setelah tidak menjalin hubungan dengan (R), saat itu bukan cuma mantan atasan dan rekan-rekan kerjaku yang kesepian saja yang aku biarkan menggilir tubuhku. Lelaki muda baru lulus kuliah yang aku tolong mendapatkan pekerjaan, hingga pengemudi Online langganankupun aku biarkan memperlakukanku seperti layaknya seorang pelacur yang bisa mereka pakai kapanpun mereka  menginginkan kehangatan dariku.
Untukmu lelaki yang tidak pernah aku anggap sebagai suamiku, maafkanlah semua kesalahanku selama ini di belakangmu. Jujur saja aku sudah terlalu lelah untuk menjalani semua sandiwara ini. Seperti yang engkau tahu, selama ini aku selalu memperlihatkan pada semua orang dan keluarga besarku bahwa hubunganku denganmu baik-baik saja.
Cukup sudah! Saat ini aku sudah tidak ingin berbohong lagi pada semua orang-orang di sekelilingku. Demi kebaikanku dan juga kebaikanmu. Melalui surat ini aku mohon  CERAIKAN AKU.
Kota kembang, 19-09-2019
Dari wanita yang tidak pernah bisa mencintaimu.
------------
Aku melipat surat untuk lelaki yang di mata semua orang itu adalah suamiku dengan  tangan gemetar, tanpa terasa air mataku membasahi kedua pipi, saat mengingat karena rasa benci pada orang yang seharusnya ku jadikan imam buatku itu ternyata telah membuat aku melakukan hal-hal gila yang mungkin tidak pernah terpikirkan oleh mereka yang selama ini sudah terlanjur memanggilku dengan sebutan ibu Hajah itu.
Dua puluh tahun lamanya aku simpan rapat-rapat sisi gelapku. Cukup sudah masa-masa kelam kulewati bersama lelaki yang sudah dua puluh tahun lamanya menjadi pendamping hidupku itu. Aku sadar kebencianku terhadapnya, telah membuatku semakin  terperosok ke dalam kubangan dosa. Dan melalui surat ini, aku ingin mengatakan padanya, bahwa saat ini aku ingin melanjutkan langkah kakiku seorang diri, tidak ingin bersamanya lagi.