"Istrimu yang memintaku pada orangtuaku," pintaku mencoba menahan keinginanmu waktu itu, karena aku tahu, tak mungkin ada perempuan yang mau suaminya menikahi wanita lain, apalagi dia sendiri yang akan meminta wanita itu untuk menjadi istri suaminya yang saat itu masih sah menjadi suaminya itu.
"Boleh." jawabmu tegas.
"Seandainya istrimu keberatan, kita berteman saja dan jangan bermimpi kita bersatu" kataku pelan, sambil menundukkan wajahku dari tatapan tajam kedua matamu.
---
Percakapan tiga bulan yang lalu itu sudah aku lupakan dan aku tidak pernah menghubungimu  lagi, aku pasrahkan pada Tuhan seandainya  istrinya tak mau memintaku untuk menjadi istri suaminya, apalagi kesehatannya sedang menurun saat ini.
Tiba-tiba engkau menghubungiku meminta alamat rumah orangtuaku, aku tak langsung memberikannya saat itu, hingga sampai tiga kali engkau meminta tetap aku tak memberinya dan aku luluh ketika istrimu  yang menghubungiku lalu meminta alamat rumah orangtuaku.
Dan sekarang mereka ada dihadapanku, memintaku untuk menjadi istri bagi suaminya, di depan  Bapakku, Lelaki bermata tajam dan di depan Putri cantiknya itu, dia memintaku untuk bersedia menerima lamaran dari lelaki yang saat ini masih sah menjadi suaminya itu. Tuhan apa yang harus aku lakukan?
Bersambung
ADSN, 150719
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H