"Iya, aku memang menyayangi anakmu seperti anakku, dan putri kecilmu sudah dekat denganku, tapi...aku tidak mau menyakiti istrimu, karena dia sudah aku anggap seperti kakakku sendiri," kataku lirih.
Saat itu engkau terdiam suasana terasa hening hanya hati saling bicara.
Lelaki dengan sorot tajam dan penuh misteri, dia yang telah menghentikan pengembaraanku, dan membuatku insyaf meninggalkan masa laluku yang begitu kelam itu, hanya padanya aku berani berkata jujur dan dia tidak jijik apalagi meninggalkanku sendirian saat kuungkapkan sisi gelapku di awal perkenalanku dengannya waktu itu, dia tampung airmata dan penderitaanku.
Dia tutup batinku dari para lelaki hidung belang yang selalu mengincarku, apalagi setelah menjanda godaan tambah besar.
Engkau selalu bertanya, "Siapa kamu? Misteri apa yang ada pada dirimu? Kenapa Tuhan pertemukan kita? Mengapa engkau selalu hadir dalam mimpiku?" Rentetan tanya itu pernah kau tanyakan padaku. Dan aku juga tidak tahu kenapa harus aku.
Meski kita belum bertemu,  kita sering bicara dan akhirnya engkau tahu setelah sedikit demi sedikit misteri dalam diriku terkuak, engkau  pernah bilang bahwa Tuhan mengirim sosok aku supaya engkau belajar menerima dan belajar ikhlas.
"Jujur sebelum mengenalmu, hal ini sudah aku bicarakan dengan istriku, karena aku merasa akan hadir sosok lain sebagai istri dan ibu dari anakku, ternyata kamu hadir" bisikmu.
Aku bingung harus berkata apa, karena jujur aku juga mencintaimu, setelah suamiku meninggal, banyak pria yang melamarku, dari bujangan sampai duda, tapi hatiku tak tertarik pada mereka, semua aku tolak demi lelaki bermata tajam yang tidak seperti mereka membawa gemerlap dunia ke hadapanku kala itu.
Engkau pria yang tak pernah menjanjikan surga dunia, awal mengenalmu tak ada yang engkau tutupi kala itu, tentang istrimu juga putri kecilmu, engkau ceritakan semuanya padaku waktu itu apa adanya tanpa ada yang engkau tutupi dariku. Dan dari sekian lelaki yang aku kenal dan mencoba  mendekatiku kala itu, rata-rata mereka mencari simpatiku dengan cara menjelekkan pasangannya dan menjanjikan kesenangan dunia, tapi engkau sangat berbeda dari mereka semua.
Saat itu engkau mengajakku masuk kedalam barisan makmummu, menjadi makmummu  bersama wanita yang saat ini telah menjadi pendamping hidupmu dan juga putri cantikmu itu.
"Mas, aku mau menjadi pendampingmu, asal...,"
"Asal apa sayang?"