Memang aku tidak bisa memiliki tubuhmu seutuhnya, tapi hatimu engkau beri seutuhnya padaku, begitupun hatiku kutitipkan seutuhnya padamu.
Bila aku sedang merindukanmu aku selalu mengingat enam belas dua puluh karena kita pernah menyatu di tempat itu bagai Adam dan Hawa yang dipertemukan Tuhan kembali.
Engkau adalah cermin bagiku, dimatamu aku adalah bidadari kuning ke-emasan dan wanita berkerudung merah marun, selama sembilan puluh sembilan hari sembilan belas jam sembilan belas detik waktu yang engkau butuhkan untuk menarik perhatianku.
Engkau bawa aku ke dunia sunyi, di mana tidak ada mata-mata jalang yang selalu menggoda, engkau lindungi jiwaku dengan cadar hati sebagai perisai, engkau titipkan aku pada Tuhanmu dan Tuhanku.
Tuhan maafkan hambamu yang kotor ini karena selain mencintai-Mu, cinta ini sangat besar untuknya, jangan pernah pisahkan kami, aku mohon pada-Mu, satukanlah kami selain di alam keabadian juga di alam nyata.
Karena lewat makhluk ciptaanmu aku banyak belajar tentang arti hidup, belajar tentang sebuah kesabaran belajar tentang cinta karena cinta, dia yang menghentikan pengembaraanku, dihadapannya aku tak berkutik lagi.
Tuhan kabulkanlah permintaan hambamu ini, satukanlah kami, satukanlah kami, izinkan dia membawaku  ke alam keabadian cintanya kepadamu, selamanya.
-Selesai-
ADSN, 140719
Catatan : Cerpen ini di buat oleh, Apriani Dinni sebagai balasan cerpen milik  Warkasa1919 dengan Judul Enam Belas Dua Puluh
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H