Mohon tunggu...
Apriani Dinni
Apriani Dinni Mohon Tunggu... Guru - Rimbawati

Biarkan penaku menari dengan tarian khasnya, jangan pernah bungkam tarian penaku karena aku akan binasa secara perlahan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Catatan ADSN 53, Pengalaman Makan Siang bersama Bapak SBY

16 Januari 2019   21:44 Diperbarui: 16 Januari 2019   22:10 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Catatan ADSN 53, Pengalaman Makan Siang Bareng SBY

Entah mengapa malam ini saya ingin menulis pengalaman makan siang yang tak sengaja bersama bapak SBY sekeluarga. Padahal saya sedang asyik membaca novel, tapi entahlah kejadian beberapa tahun belakang seperti nampak di depan mata, berjejalan di pikiran seolah ingin dicurahkan. Buku novel saya abaikan.

Tahunnya saya sudah lupa tepatnya tahun berapa (maklum memori otak saya  terbatas, hehe...), yang saya ingat kejadiannya setelah hari raya Idul Fitri.

Seperti biasa setiap lebaran, saya dan keluarga mudik ke Depok dan Bandung. Sudah dipastikan kami kumpul di Bandung, maklum keluarga besar orangtua saya kebanyakan tinggal di Bandung, dulu kami juga tinggal di Bandung, tapi pekerjaan bapak yang mengharuskan pindah-pindah tempat, terakhir mutasi di Kota Depok sampai sekarang.

Keluarga besar saya tinggal di Depok, hanya saya yang terdampar di Kota Cirebon, hiks. Karena kondisi ini setiap lebaran kami mudik ke Depok dan Bandung.

Anak-anak ketika itu masih kecil, suka nagih untuk main di mall terbesar di Bandung, yang menyediakan permainan yang kumplit dan bagus, berkaca dari pengalaman sebelumnya, ketika itu kami berempat masuk dengan tiket biasa, yang bermain hanya anak-anak, antrian sangat luar biasa alhasil selama empat jam hanya berhasil tiga permainan,  anak-anak sangat kecewa apalagi melihat antrian khusus executive hanya sedikit.

Tahun berikutnya saya dan suami mengalah menunggu diluar, kami belikan  tiket executive untuk anak-anak.

Sambil menunggu mereka bermain, saya dan suami keliling mall, saya merasa aneh melihat banyak laki-laki berbadan tegap dengan rambut cepak berjaga-jaga di mall. Ada pikiran juga sih, siapa yang mereka jaga, tapi saya tidak mau berfikir terlalu jauh, saya keliling melihat-lihat baju  dan apa saja yang bisa saya lihat, termasuk melihat yang ganteng juga, ups.

Sampai akhirnya saya merasa penjagaan semakin ketat, terlihat dari kejauhan beberapa sosok yang saya kenal, olala...bapak SBY berserta keluarga sedang berkunjung ke Mall itu. Banyak pengunjung berebutan minta salaman, berhubung posisi saya di belakang agak sulit bagi saya untuk bersalaman. Ya sudahlah saya pasrah.

Capai keliling-keliling, saya mengajak suami makan, lokasinya masih dalam mall. Di tempat makan yang dituju, saya lihat banyak laki-laki cepak dengan mata waspada, agak ragu untuk masuk ke tempat makan, khawatir diusir, tapi dengan ramah mereka mempersilahkan saya dan suami masuk.

Saya mencari tempat duduk agak pojok, terlihat pengunjung tidak terlalu banyak. Sedang asyik makan, saya melihat keramaian di luar tempat makan, tak berapa lama keluarga bapak SBY memasuki tempat itu dan duduk tepat di belakang saya, terhalang satu meja, beliau tersenyum ramah pada semua pengunjung, termasuk tersenyum pada saya, cie...

Saya tidak berani memotret, karena banyak pengunjung yang ditegur oleh para lelaki cepak, ketika mereka mengambil gambar keluarga bpk SBY. Katanya beliau sedang makan, jangan diganggu, kalau diperbolehkan  otomatis banyak pengunjung minta foto bersama dengan beliau, saya maklum juga.

Saya sengaja berlama-lama makannya, kapan lagi bisa makan siang bareng beliau dan kekuarganya, hihihi...modus ya. Momen yang tidak akan terulang.

Tapi saya merasa tidak enak juga, makan terlalu lama ditempat itu, pengunjung banyak yang menunggu di luar. Akhirnya saya sudahi makan bersama beliau, memberi kesempatan pada yang lain, saya keluar dan keliling lagi sambil menunggu anak-anak.

Tak berapa lama, saya melihat rombongan beliau ke arah saya, lebih tepatnya ke arah pintu luar. Saya berbaris di depan, yang lain berebutan untuk bisa bersalaman, awalnya saya terlewat salamnya, karena sebelah saya sangat semangat bersalaman, saya pasrah saja tidak ada kesempatan bersalaman. Sampai pak SBY menghentikan langkahnya sebentar dan mengajak saya salaman, kaget luar biasa pastinya.

Saya masih terheran-heran, ada apa gerangan sampai seorang presiden menghentikan langkah untuk bersalaman dengan saya. Sampai saya tersadar ketika suami bilang, bahwa diantara penggunjung lain warna baju saya paling mencolok, karena  memakai baju warna biru. Alhamdulillah baju membawa berkah. Hehehe...

ADSN, 160119

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun