1. Seperti halnya tempat duduk, saya membuat nama anak dan dikocok kembali, biarkan anak yang mengambil dua kertas tersebut kemudian saya panggil nama anak yang ada di kertas, yang saya sebutkan dua nama berarti itu duduk sebangku.
2. Selain cara pertama saya juga mempunyai cara yang kedua dan pernah saya lakukan yaitu dengan berhitung misal murid ada dua puluh saya saya suruh berhitung sampai sepuluh, setelah sepuluh anak yang belum kebagian berhitung berhitung dari awal lagi begitu seterusnya, nanti yang kebagian berhitung angka satu duduk dengan anak yang berhitung angka satu lagi, nomor dua dengan nomor dua lagi.
Dengan memakai cara tersebut, alhamdulillah selama saya menjadi wali kelas tidak ada orangtua yang protes. Cara tersebut seperti permainan tapi menentukan tempat duduk dan teman sebangku. Anak senang, orangtua faham dan gurupun tenang.
Ini hanya secuil pengalaman saya ketika menjadi guru kelas dan menghadapi orangtua yang memaksakan kehendak, aturan yang saya buat halus tapi tegas dan berhasil.Â
Apriani Dinni SN
Kota Cirebon, 19072017
Anggota KPLJabar
Kepala Sekolah SDN Karya Mulya 2
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H