Mohon tunggu...
Apriadi Rama Putra
Apriadi Rama Putra Mohon Tunggu... Lainnya - Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Lahir di Banda Aceh, 23 April 1998.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Generasi Muda Aceh Tenggara dalam Keterpurukan Politik dan Budaya

11 Februari 2024   03:57 Diperbarui: 11 Februari 2024   06:32 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Namun sayangnya terperangkap dalam web politik yang kotor, menjadi korban politik dan boneka oligarki politik yang tak berperasaan. Generasi hari ini menjadi alat untuk kepentingan golongan tertentu yang bermain-main dengan nasib rakyat.   

Saatnya bagi kita untuk menggali kembali akar budaya yang hampir punah di tengah hiruk pikuk kehidupan modern. Kita telah terlalu lama terbuai oleh kegemerlapan dunia digital sehingga melupakan akar budaya yang telah memberi kita identitas. Seperti; budaya peleubat, mesekat, tangis dilo dan melagam dan masih banyak lainnya yang harus dijunjung tinggi bukan hanya sebagai tontonan belaka bahkan hampir tidak terlihat sama sekali lagi hari ini.   

Generasi muda Aceh Tenggara harus bangun dari kehampaan ini. Kita harus sadar akan nilai-nilai budaya dan sejarah, bukan hanya sebagai formalitas belaka. Budaya seperti jagai, antat takhukh, pemamanen serta mepakhukh, merupakan warisan berharga yang harus dijaga dengan penuh kesadaran. 

Namun, ironisnya, hanya sedikit dari generasi milineal dan generasi Z yang benar-benar memahami dan peduli akan pentingnya warisan budaya ini dan Jangan biarkan generasi mendatang hanya mengenal budaya kita lewat pelaku dongeng-dongeng sejarah yang tidak bertanggung jawab dan yang membosankan. 

Dengan kehadiran PON 2024 di Aceh Tenggara, saatnya bagi organisasi kepemudaan dan pemerintah terkait untuk bersatu dan bertindak tegas menghadapi krisis moral dan budaya ini. 

Kita memiliki kesempatan emas untuk memperlihatkan kepada dunia bahwa budaya kita memiliki daya tarik dan makna tersendiri, Namun, hal ini hanya akan menjadi kenyataan jika kita bersatu dan bertindak bersama. Namun, selama didalam tubuh organisasi kepemudaan dan pemerintah terkait oligarki masih merajalela, mimpi ini hanya akan menjadi ilusi semata. 

Jangan biarkan para pemuda menjadi korban alat dalam ambisi politik. Pemuda/l adalah aset terbesar bangsa ini. Saatnya untuk mengubah narasi dan menjadikan pemuda sebagai agen perubahan yang bertanggung jawab, bukan sekadar penonton dalam pertunjukan politik yang kotor. Inilah saatnya untuk bertindak! Kita adalah generasi yang ditakdirkan untuk membawa perubahan. Kalau bukan kita, siapa lagi yang akan melakukannya? Kalau bukan sekarang, kapan lagi?  "It's Time".

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun