Aku sibuk mengeja rindu.
Menerjemahkannya dengan bahasa yang kau tahu.
Agar kau paham, rasa ku tidak hanya tentang kata.Â
Meski seringkali ia menjelma lewat aksara yang kau suka.
--
Kemudian Tuhan biarkan kau pergi.
Menelanjangi seluruh hati yang sudah kubungkus rapi.
Hilang harap, mati mimpi.
Membingkai bangkai rasa yang terbengkalai dimakan sunyi.
Sendiri ku artikan sepi.
--
Ah, perjalanan ini menjadi pelajaran.
Bahwa ada rasa yang tak perlu terurai, agar harap tak tercerai berai menanti jawab yang tak kunjung usai.
--
Tiba-tiba rindu ini bukan lagi aksara.
Ia berubah menjadi gerimis kecil yang buyarkan isi kepala.
Mendadak mengalir ke dalam hati.....
Duh! Di dadaku musim hujan kembali datang lagi.....
- Jakarta, 05 September 2018 -
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H