"...ada dua istilah yg sering disamakan, pdhl sebenarnya berbeda. Imunisasi: jika "vaksinnya" berupa antibodi, protein yg dihasilkan sel limfosit utk melawan bakteri/virus [imunisasi pasif] Vaksinasi: jika "vaksinnya" berasal dari bakteri/virus (yg sdah dilemahkan/dimatikan) utk merangsang pembentukan antibodi sebelum infeksi real terjadi [imunisasi aktif]. Krn tubuh tdk akan menghasilkan antibodi tanpa ada rangsangan infeksi. Oleh karena itu, prinsipnya seperti di atas, kita merangsang tubuh untuk menghasilkan antibodi, shga ktka ada infeksi yg real, tubuh sudah punya antibodi shga infeksi bisa cepat diatasi atau bhkn kita sudah kebal."
"antibodi ibu bisa dtransfer lewat ASI. Antibodi dari ibu juga ditransfer saat usia kehamilan 6 bln - melahirkan. Tapi antibodi tsb g bertahan lama di tubuh anak, hanya 3-4 bulan sj, krn akan dikatabolisme oleh tubuh. Artinya, anak usia 3 bulan sdah tdk terlindungi oleh antibodi dari Ibunya. Jadi ASI sejenis dgn "imunisasi pasif". Tapi, apabila antibodi dhasilkan sendiri oleh sel limfosit si bayi, bisa bertahan bertahun-tahun, bhkan bisa seumur hidup. Oleh karena itu, ada beberapa jenis vaksin yg diulang pada saat dewasa, ada yg tdk."
ttg kondisi kesehatan anak yg berbeda2, knapa ada yg memburuk setelah vaksinasi
"Pertma, "setiap anak memiliki kondisi kesehatan yang berbeda", itu betul. Oleh karena itu, vaksin pun ada kontra-indikasinya. Mksudnya, apabila anak memiliki kondisi trtntu, maka dia tdk boleh divaksin, atau dtunda pemberian vaksinnya. Contohnya, anak dgn gangguan sistem ptahanan tubuh shga sel limfositnya tdk mampu mbuat antibodi (imunodefisiensi). Anak2 spti ini, kl divaksin malah bbahaya. Mskipun virusnya sdah kita lemahkan, virus yg sdah lemah itu masih bsa mnimbulkan penyakit pd anak dgn imunodefisiensi. Tp, kasusnya sgt jarang di Indo, lbih banyak di negara2 barat. Jdi, kwajiban petugas kesehatan utk menilai apakh anak trtntu mmg ada kontra-indikasi utk vaksin atau tdk. Sya sndiri sbgai dokter, kalau saya ragu2, saya lebih memilih untuk menunda vaksinasi sampai saya yakin kl anak tsb tdk ada kontraindikasi. Oleh karena itu, kasus mgp divaksin polio malah kena polio, salah satu fktornya krn itu. Tp skali lagi, kejadiannya sgt jarang di Indo, seingat saya datanya hanya 1 di antara 100.000 anak yg dvaksin polio."
"Kedua, "dalam sistem peredaran darah tidak ada sistem 'pembuangan'nya" ini pernyataan yg tdk tepat. Semua darah akan masuk ke ginjal, disaring di sana, dan akan dibuang melalui urin (air seni). Di sisi lain, zat2 tdk bisa masuk dgn mudah ke otak krn di otak terdapat "sawar" (atau pembatas) yg cukup tebal antara pembuluh darah dengan sel2 otak, biasa disebut dlm istilah medis dgn "blood-brain barrier". Ini salah satu sstem di otak utk mnjaga agar sel2 syaraf di otak tdk mudah dmasuki zat2 bbhaya mskipun ikut aliran darah. Demikian, smg bermanfaat, kalau ada yg salah dlm pnjelasan ini, akan saya ralat sesuai ilmu yg saya dapat. Wallahu a'lam."
dari muslim.or.id:
Penegasan bolehnya vaksin oleh Mufti Saudi
oleh Ust.Arif Munandar
"Syaikh Abdul Aziz alu syaikh, mufti Saudi saat ini ditanyai oleh Ust Abu Ubaidah Yusuf Sidawi tentang vaksin yang menggunakan katalis unsur dari babi namun pada produk akhirnya tidak ada lagi unsur babi tersebut. jawaban beliau singkat padat, “La ba’tsa” alias tidak mengapa.dialog ini terjadi setelah shalat Jumat di Masjid Syaikh Ibnu Baz di Aziziyah setelah selesai prosesi manasik haji pada tahun 2008. yang ikut mendengar fatwa Syaikh Abdul Aziz ketika itu saya sendiri dan ust anwari, pengajar ma’had alfurqon Gresik."
Thibbun Nabawi dan su’uzhan billah
oleh mas Yulian Purnama