Naaaah,,, jika fenomena seperti sekarang ini terjadi salahkah jika saya menyebut bahwa negara tidak hadir di tengah kemerosotan akhlak rakyatnya? Apa gunanya menumpuk peraturan dengan sedemikian rumitnya. Saya pribadi melilih untuk menonton saja sampai habis satu generasi, sembari kita membuat generasi baru yang lebih berakhlak. Saya pikir ini dampaknya akan dapat kita rasakan sepuluh tahun yang akan datang.
Dalam konteks pendidikan, empati makan di muka umum ini layaknya dengan program Stop BABs ala Kulon Progo, bagaimana memindahkan orang dari pola membuang air besar sembarangan (di kali, di kebun) menuju pola hidup sehat menjadi Buang Air Besar di Jamban Sehat. Jika dikaitkan dengan pendidikan akhlak, memang harus diselesaikan dari hulu ke hilir, dari pendidikan yang baik, dengan proses pendidikan yang berbasis kemanusiaan manusia, melalui keterlibatan pemuka agama dan khususnya adalah keterlibatan orang tua agar tercipta generasi baru yang lebih berempati terhadap situasi sosial di masyarakat.
Penutup, lantas perlukah menghormati orang yang berpuasa? Biarlah Allah yang menghormati umatnya yang berpuasa. Kitalah yang harus menghormati “orang yang tidak menghormati orang berpuasa”. Wallahu a’lam.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI