Mohon tunggu...
Apir Imami
Apir Imami Mohon Tunggu... Lainnya - Pujangga yang mampir sejenak di dunia

Sirami jiwa dengan zikir pada Ilahi# Ibu dari seorang buah hati penyejuk jiwa# Long life education # Life is story # Fighter

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhati-hati dalam Mengomentari dan Bertanya pada Kehidupan Orang Lain

8 Februari 2022   00:49 Diperbarui: 9 Februari 2022   03:50 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi tentang berkomentar dan bertanya (Sumber Gambar: Islampos)

Oleh: Apir Imami

Setiap orang bebas berkomentar dan bertanya tentang apa saja. Tiada larangan. Mengeluarkan berbagai pemikiran yang terlintas. Karena memang begitulah karakter kita sebagai manusia. Tuhan Yang Maha Pengasih menciptakan mulut dan lidah, bukankah dimanfaatkan untuk hal demikian?

Meskipun kita bebas menggunakan hasil ciptaan-Nya, akan tetapi kita dituntut untuk berbicara dan berkomentar disaat yang tepat serta tidak sampai menyakiti perasaan sesama. Berhati-hati. Agar setiap ucapan yang terlontar mengandung kebaikan dan berfaidah untuk diri sendiri beserta orang lain.

Dalam kehidupan sehari-hari, tidak sedikit kita temui orang-orang yang masa bodoh tentang ucapan mereka. Apakah ucapan yang disampaikan menyinggung atau tidak? Itu urusan belakangan. Dianggap nomor yang kesekian. Yang penting mereka meluapkan apa yang berkecamuk di hati masing-masing.

Tampaknya sepele, tetapi besar pengaruhnya. Terkadang ucapan sederhana dari kita yang dianggap biasa-biasa saja, ternyata sering menyinggung perasaan orang lain. Sekali lagi sebelum berucap pikirkan terlebih dahulu maksud dan tujuan yang bakal disampaikan. Supaya terhindar dari salah kaprah.

Berikut saya kemukakan mereka yang memberi komentar dan bertanya tentang kehidupan pribadi, sekilas memang terdengar biasa-biasa saja tetapi reaksinya amat tidak disangka.

Seorang mahasiswa, sebut saja Anton namanya. Ia sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir (Skripsi). Cari sumber buku di perpustakaan, tanya langsung ke narasumber, penelitian/magang, edit skripsi sampai tuntas, temui dosen pembimbing dan sebagainya. Perjuangannya memang luar biasa. Kadang untuk menemui dosen saja harus menunggu seharian di kampus. Bolak-balik tuh. Apalagi statusnya bukan lajang lagi tetapi sudah berkeluarga. Kebayang tidak tuh bagaimana indahnya perjuangannya? Seru ya.

Lalu, saat sedang santai di halaman rumah. Datanglah beberapa tetangga yang berkunjung. Niatnya mau silaturrahmi. Memang biasanya sering seperti ini. Setelah beberapa saat ngobrol asyik, tiba-tiba ada seorang tetangga yang bertanya,"Eh, Ton! bagaimana dengan kuliahnya? belum juga kelar? kawan-kawanmu sudah pada tamat tahun lalu, kamu bagaimana?"

Mendengar pertanyaan model begini, nyaris Anton mau teriak secara langsung terhadap tetangganya. Lumayan emosi nih. Tapi, ia mampu mengendalikan diri. Dibawa senyum saja. Santai.

Andai dia tahu bagaimana perjuangan saya selama menyelesaikan kuliah saya, tentu ia tidak bakal bertanya seperti ini. Gumam Anton.

"Iya, akan segera diselesaikan. Doakan saja, ya," Jawab Anton seramah mungkin.

Selanjutnya, ketika selesai wisuda. Si Anton dihadapkan lagi pada episode berikutnya, yakni pekerjaan. Lamar sana-sini. Alhamdulillah, belum ada yang mampir. Yang penting usaha saja dulu. Kerahkan segenap kemampuan yang dimiliki dan jangan lupa berdoa terlebih dahulu.

Suatu saat, Anton tidak sengaja berjumpa kawan lama di Restoran. Si kawan pun mengajak Anton untuk duduk santai sambil menikmati kopi terlebih dahulu. Mereka pun membahas tentang cerita masa kuliah dulu. Tawa semakin menghiasi suasana. Menit berikutnya, si kawan bertanya ke hal yang pribadi, "sekarang, kerja di mana? Rugi loh, sudah kuliah bertahun-tahun jadi pengangguran. Paling tidak honor saja, cari kek di mana tempat yang bisa nerima."

Mendengar kalimat seperti ini, kira-kira perasaan Anton bagaimana ya? Masih utuh atau perlu pengendalian diri lagi? Tentu kita mampu merasakannya.

"Yah biasalah, sedang usaha. Semoga nanti dapat pekerjaan yang berkah," Jawab Anton berusaha untuk ramah. Padahal jujur, ingin rasanya Anton pergi saja dari tempat ini. karena hawanya tiba-tiba terasa berbeda.

Oleh karena itu, sebaiknya setiap kita harus berhati-hati berkomentar dan bertanya tentang kehidupan pribadi orang lain. Karena kita tidak tahu mereka telah menempuh perjuangan yang bagaimana dan seperti apa. Tidak selamanya gelap menemani bumi dan mendung memayungi daratan, ada saatnya terang dan cerah datang silih berganti.

Nah, demikian contoh yang dapat saya cantumkan untuk tulisan kali ini. semoga bermanfaat.

___

Kerinci-Jambi, 08 Februari 2022 M / 07 Rajab 1443 H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun