Mohon tunggu...
Apir Imami
Apir Imami Mohon Tunggu... Lainnya - Pujangga yang mampir sejenak di dunia

Sirami jiwa dengan zikir pada Ilahi# Ibu dari seorang buah hati penyejuk jiwa# Long life education # Life is story # Fighter

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Beragam Karakter Anak Dalam Menghadapi Dunia Pendidikan

6 Februari 2022   12:14 Diperbarui: 6 Februari 2022   12:17 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi karakter anak dalam menghadapi dunia pendidikan (Sumber Gambar: Kompas.com)

Tentu bermacam-macam tingkah. Ada yang penurut sama orangtuanya, ada yang kejar-kejaran di rumah dulu sebelum ke sekolah, malas, lebih mementingkan bermain dengan teman-temannya, belanja dulu sebelum masuk kelas padahal guru sudah lama menunggu di dalam ruangan sampai habis jam pelajaran.

 Intinya, anak seusia ini sebaiknya kita ikuti kemauan mereka dulu asalkan orangtua tetap mengawasi. Jika anak tidak mau menulis, biarkan dulu. Ada masanya mereka tergerak sendiri untuk belajar secara sungguh-sungguh. Hindarkan dari menekan perasaan anak.

Di bawah ini, saya kemukakan contoh tentang cerita seorang ibu yang berkepribadian keras mengarah anaknya yang berusia sekitar 3 tahun yang telah didaftarkan di sekolah PAUD. Semoga bermanfaat.

"Andi ...! sekolah! cepat ganti baju tidurnya!" teriak emak di dapur yang masih setia dengan aktivitas memasak sedangkan anaknya yang berusia 3 tahun baru bangun. Kesadaran pun belum sempurna terkumpul.

Si Andi bukan menurut ucapan emaknya, malah berlanjut rebahan di kursi sambil menonton tv. Melihat hal ini, secara otomatis si emak menghampiri anaknya sambil menenteng sendok. Hehe ...

"Ya ampun ...! nih anak, rebahan lagi! bangun ... bangun!" cerewet emaknya.

"Apa mak? masih ngantuk nih," kata Andi lesu sambil mengucek matanya.

"Sekolah! sudah jam 06.30 WIB,"

"Tidak mau," Andi menolak untuk berangkat sekolah.

Setelah beberapa menit beradu argument antara emak dan anak ini, akhirnya si anak mengikuti kemauan emak untuk pergi ke sekolah. Meskipun telah melewati proses pemaksaan terlebih dahulu. Sesampainya di sekolah, si Andi memilih bermain dahulu bersama teman-temannya. Ia tidak mau menulis dan mengikuti pelajaran dari guru. Ia lebih mengikuti kemauannya sendiri. Sang emak pun merasa kewalahan dengan sikaf anaknya. Tetapi guru dengan sabar menegur Andi yang berlari ria di dalam kelas saat jam belajar.

Suatu hari, tiada angin tiada hujan. Andi berbicara pada emaknya yang sedang menjahit pakaian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun