Oleh: Apir Imami
Anak yang cerdas merupakan impian setiap orangtua. Memiliki intelektual di atas rata-rata, orangtua mana yang tidak mendambakannya? Berbagai peraturan dan tingkat kedisiplinan tertata rapi di lingkungan keluarga kecil kita. Setiap anggota keluarga harus mematuhi.Â
Seperti peraturan yang diterapkan orangtua terhadap anak, yakni belajar di rumah ketika usai shalat maghrib, diwaktu senggang pada siang hari, atau saat-saat yang dianggap nyaman untuk belajar. Minimal, kita terjun langsung sebagai pendidik bagi mereka. Bukankah guru pertama untuk anak-anak adalah kita sendiri?
Era tekhnologi kini, menuntut anak-anak untuk memperbanyak belajar. Baik di rumah, lembaga formal, dan lingkungan tempat mereka bergaul. Tidak jarang orangtua berbondong-bondong mengajak anak mereka untuk ikut bimbingan belajar, les, dan kegiatan ekstrakurikuler yang bermanfaat untuk mengejar ketertinggalan pemenuhan kurikulum.Â
Saking bersemangat agar para penerus lebih berkembang mengikuti kemajuan zaman, sekarang telah berdiri berbagai lembaga pendidikan. Mulai dari PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini), TK (Taman Kanak-kanak), SD/sederajat, SMP/sederajat, SMA/sederajat, dan perguruan tinggi negeri maupun swasta yang bergengsi.
Sebahagian orangtua juga telah mendidik sebelum anak memasuki PAUD. Diajarkan untuk bermain dengan alat tulis, menggambar, buku yang bisa diwarnai, mengikuti video yang bermanfaat di aplikasi (Youtube, misalnya) dan mengikuti berbagai event. Seperti event foto bersama orangtua dan anak.
Banyak sekali pertumbuhan lembaga pendidikan yang merambah ke masyarakat kota maupun daerah terpencil. Karena sebagaimana yang telah kita ketahui bahwa pendidikan itu sangat penting. Sebagai solusi untuk menghindari keterbelakangan pengetahuan dan kebuntuan. Kita sebagai orangtua, sama-sama berharap dengan adanya lembaga tersebut dapat mengubah pola pikir dan perkembangan otak bagi generasi kita.
Dikarenakan mengikuti perkembangan pendidikan yang semakin maju saat ini, sangat diharapkan kepada orangtua yang memiliki anak-anak yang belum mampu mengikuti aturan sekolah, terutama anak-anak yang baru masuk PAUD dan TK.Â
Sebaiknya hindarkan dari pemaksaan. Apalagi dalam kisaran anak yang berusia 3 tahun telah didaftar ke sekolah PAUD. Dipaksa belajar, harus sampai bisa. Kira-kira bagaimana tanggapan anak seusia ini?