Cara berpikir kita harus dirubah, karena kalau mindset sudah positif akan lebih mudah belajar dan menerimanya. Kemudian juga mencari teman dan sumber-sumber untuk belajar aksara. Sekarang ini ada banyak group dan platform yang didalamnya berisikan para pegiat aksara, sehingga memudahkan kita berkumpul satu frekuensi. Selain itu, zaman sekarang sudah banyak sekali aplikasi di playstore untuk belajar aksara.Â
Teman-teman bisa sambil belajar dan juga bisa berkreasi agar tidak bosan. Bisa membuat gambar, kaligrafi ataupun lukisan dengan aksara. Untuk mendekatkan aksara nusantara pada generasi milenial, harus diperhatikan apa kesukaan anak sekarang. Menurut Ridwan, harus ada cara dan metode untuk melepaskan aksara dari kunonya.Â
Kekunoan aksara yang membuatnya tidak menarik. Hal tersebut bisa diapprove sesuai dengan perkembangan zaman. Saat ini, ada banyak cara mudah untuk belajar tentang aksara daerah, bisa mengunjungi wikipedia, writing tradition, di sana ada kumpulan-kumpulan artikel tentang aksara, jadi teman2 tidak perlu kemana-mana, karena ada banyak artikel yang bisa mendekatkan kita untuk mengenal aksara.Â
Terkait peran serta pemerintah dalam upaya kelestarian aksara nusantara, Ridwan mengaku, bahwa sampai saat ini, belum ada lembaga yang secara utuh menaungi aksara di nusantara. Ia masuknya ke kewenangan pemerintah daerah. Setiap pemerintah daerah harusnya menerapkan sendiri regulasinya. Seperti aksara Jawa, Sunda, Lampung, Bengkulu. Lingkup regulasinya selama ini masih terbatas pada daerah masing-masing untuk masuk dalam muatan lokal.
"Mari kita menulis, jangan takut menulis. Karena Indonesia butuh banyak media literasi dari kita. Karena kita punya aksara, biar tidak hilang. Karena tidak semua kebudayaan punya aksara." Pesan Ridwan di akhir sesi live instagramnya.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H