Ketika menemukan beberapa informasi bahwa beberapa daerah di Indonesia juga memiliki aksara yang beragam, keingintahuan Ridwan semakin besar. Sayangnya jumlah aksara di Indonesia yang beragam itu, namun tidak dibarengi dengan keaktifan penggunaannya. Padalah, aksara itu merupakan kekayaan intelektual Bangsa Indonesia, sayang sekali jika sedikit demi sedikit hilang dan akhirnya punah. Hal itu membuat Ridwan semakin simpatik untuk mempelajari dan memberikan edukasi terkait keragaman aksara di Indonesia.Â
Dalam kesempatan tersebut, Ia juga menegaskan bahwa tidak semua bahasa mempunyai aksara. Ia menjadi indikator bahwa peradaban bangsa itu sudah maju. Akan tetapi, bukan berarti yang tidak mempunyai aksara disebut sebagai peradaban yang tertinggal. Biasanya bangsa itu memiliki kekuatan pada tradisi lisan. Ingatan mereka kuat meskipun tidak punya aksara, karena memakai tradisi lisan.
Sebenarnya, aksara apa saja yang ada di nusantara? Aksara di nusantara digolongkan menjadi 3 bagian, diantaranya :
1. Aksara yg masih dipakai sekarang. Diantaranya ada Batak, Kerinci, Surat Ulu untuk wilayah Bengkulu, Palembang dan Lampung.
2. Aksara kuno (tidak dipakai lagi). Diantaranya ada Paskapalawa, Kwi Sumatera, dll
3. Aksara kontroversi, masih jadi perdebatan kebenarannya dia berasal dari aksara tradisional atau tidak. Diantaranya ada aksara Minang, Aksara Gayo, dan beberapa lainnya
Dalam bukunya, ia juga menyebut bahwa penyebaran agama Hindu-Buddha turut membawa masuk aksara Pallawa ke Asia Tenggara. Aksara Pallawa berasal dari India Selatan. Digunakan pada masa kerajaan Pallawa sekitar 275 -- 879 Masehi. Kedatangan guru agama Hindu dan Budha dari India serta terjalinnya hubungan perdagangan internasional memicu pertukaran budaya. Sekaligus adaptasi dan akulturasi budaya pendatang dengan penduduk lokal. Sebelum masa Hindu Buddha, belum ditemukan bukti fisik apapun tentang tinggalan prasasti atau tulisan. Yang tertua ditemukan adalah Yupa. Kalau ada penemuan baru, akan menjadi bukti sejarah baru. Tapi selama ini belum ada.Â
Dalam kesempatan live instagram tersebut juga interaksi dari follower yang bergabung. Ada yang bertanya, mengapa kita tidak menggunakan tulisan sanskerta sebagai aksara nasional? Dijawab oleh Ridwan bahwa, awal kita menggunakan bahasa Indonesia adalah karena pada zaman dahulu lingua franca.Â
Semua tahu dan bisa menggunakan. Kalau Sanskerta masih dianggap tidak umum. Kalau bahasa Indonesia semua menggunakan sebagai bahasa dagang. Â Selain itu, kalau mau mengangkat sanskerta dalam bahasa dan aksara nasional nanti ditakutkan ada sentimen kesukuan. Dalam kesempatan tersebut, Host acara, Evi Sri Rezeki juga menegaskan bahwa ada yang butuh diluruskan, kalau Sankserta bukan tulisan atau aksara, tapi merupakan bahasa.Â
Karena aksara nusantara sudah dianggap sebagai sesuatu yang kuno, akhirnya membuatnya menjadi sudah diterima khususnya oleh para generasi milenial. Ridwan berpesan, jika ingin mempelajari dan mengenal lebih dekat tentang aksara nusantara, jangan underestimate terlebih dahulu ketika melihat hal yang belum biasa kita lihat.Â