Mohon tunggu...
Zuhanna A.Z
Zuhanna A.Z Mohon Tunggu... Penulis - Tinggal di Kalisat, Jember, Jawa Timur. Penulis lepas khususnya terkait bidang sosial, budaya, sejarah dan juga lingkungan.

Rakyat biasa yang merangkap penulis lepas. Tinggal di desa, memilih jauh dari kota.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Dua Tokoh Penolak Tambang Dibunuh dan Dianiaya

29 September 2015   06:19 Diperbarui: 29 September 2015   13:59 6151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polisi terus mengembangkan proses investigasinya melalui dua orang tersebut. Hingga dua belas orang ditangkap dan ditahan di Mapolres Lumajang. Tak menunggu waktu lama, pada Hari Minggu polisi kembali menangkap 24 orang. Mereka memang masih menjadi saksi, namun polisi akan menetapkannya sebagai tersangka. Kepolisian Lumajang akan terus mempelajari kasus ini terkait adanya dugaan pembunuhan yang terencana. 

Kondisi Selok Awar-Awar belum kondusif dan masih mencekam. Beberapa pasukan gabungan diterjunkan khusus untuk menjaga keamanan di sana. AKP Eko Suprapto SH, selaku Kapolsek Pasirian mendatangi setiap tokoh masyarakat yang dianggap berpengaruh utamanya mereka yang tergabung dalam forum. Mereka diminta untuk menjaga keamanan bersama-sama karena ditakutkan akan adanya serangan balasan. Dalam kesempatan ini warga benar-benar mengharapkan keadilan, mereka ingin kasus ini diselesaikan secara tuntas. 

Siapa Sebenarnya Tim 12? Benarkah Kepala Desa Selok Awar Awar ada di Belakang Mereka?
Nama tim duabelas santer disebut sebagai dalang pembunuhan dan penganiayaan dua tokoh penolak tambang di Selok Awar-Awar. Seluruh warga memahami betul siapa mereka. Menurut salah seorang warga, Tim 12 adalah orang-orang T2. 

Pada awal pemilihan kepala desa Selok Awar-Awar, Hariyono selaku calon kepala desa menjadikan Tim 12 sebagai tim sukses. Pada masa pemilihan kepala desa tersebut, suasana desa sangat mencekam karena ada mereka. Tim 12 selalu dipersenjatai dengan senjata tajam. Kondisi yang sedang terjadi saat ini sama halnya dengan masa pemilihan kepala desa saat itu. Waspada dan mencekam. Hal ini dituturkan oleh warga yang tidak mau disebutkan namanya.

Program yang diunggulkan oleh Kepala Desa Hariyono waktu itu adalah membebaskan semua pajak bumi dan bangunan (PBB). Semua beranggapan bahwa pembayaran PBB itu hasil dari tambang pasir. Tim 12 adalah orang-orang yang menjadi pekerja kepala desa. Hal ini diperjelas dengan adanya portal pasir di depan balai desa. Setiap harinya, salah satu dari Tim 12 itu yang menjaganya. Satu truk membayar Rp350.000,- setiap melewatinya. 

Kaitan Tim 12 dan pertambangan pasir di Selok Awar-Awar tidak dapat dipisahkan. Mereka adalah pekerja yang menangani khusus tambang pasir di sana. Beberapa diantaranya dimasukkan kedalam pemerintahan desa. Salah satunya menjadi LMDH, ia juga perancang bangun wisata Watu Pecak. Tim 12selalu mengintimidasi warga penolak tambang. Intimidasi itu berupa banyak hal, ada teror, sampai dengan bentuk kekerasan secara fisik.

Salah satu yang terekam oleh Dian --jurnalis Jawa Pos Radar Semeru-- tentang aksi Tim Duabelas ketika ada intimidasi kepada Tosan. Intimidasi itu dilakukan setelah aksi pencegatan truk pasir. Pada tanggal 9 September, warga penolak tambang mecegat truk pasir yang melewati jalan desa. Sehari kemudian, Tosan didatangi duapuluh orang dengan membawa senjata tajam. Tosan mengaku jika itu adalah Tim Duabelas. Mereka mendatangi rumah Tosan pada pukul 05.30 pagi. Saat itu Ia masih bisa melarikan diri ke polsek untuk mencari perlindungan. Menurut Slamet --salah seorang warga yang mengaku melihat kasus penganiayaan Tosan-- Tim Duabelas adalah pelaku penganiayaan pada Tosan.

Kedekatan antara Tim 12 dan kepala desa memang sudah diketahui oleh seluruh warga. Apalagi menyangkut kasus penganiayaan dan pembunuhan Salim Kancil yang lokasinya ditempatkan di balai desa. Tentu ada alasan khusus kenapa penganiayaan Salim dilakukan di balai desa, sebuah ruang publik tempat di mana setiap harinya kepala desa beraktifitas. Benarkah Hariyono dalang di balik semua ini? 

Tosan Dianiaya. Salim Dibunuh. Siapa Sebenarnya Mereka? 
Bagi warga Selok Awar-Awar, Salim Kancil kini adalah pahlawan. Ia adalah petani biasa. Setiap harinya mengelola lahan yang bersebelahan dengan pantai Watu Pecak. Perjuangannya menolak tambang menjadikannya korban pertama atas gejolak tambang pasir di Lumajang. Pria sederhana ini terlahir di Lumajang pada tanggal 22 April 1969. Pada tahun itu, Gaylord Nelson, Senator Amerika Srikat dari Wisconsin, sedang menggagas peringatan hari bumi. Tepat pada setahun usia Salim, 22 April 1970, majalah TIME pernah mencatat ada sekitar 20 juta manusia turun ke jalan. Berdemonstrasi dan memadati Fifth Avenue di New York untuk mengecam mereka yang merusak bumi. Tepat pada saat satu tahun usia Salim dunia memperingatinya sebagai Hari Bumi. Apakah ini sebuah kebetulan? 

Tosan pun demikian, bukan petani dan juga bukan orang asli Selok Awar-Awar. Namun Ia berani tampil di depan dalam penolakan tambang. Banyak warga yang salut dengan upaya dan perjuangan dua pria tersebut. 

Kasus Selok Awar-Awar ini menjadi tugu peringatan bagi Indonesia. Menjadi pengingat bahwa ada pertumpahan darah demi mempertahankan kelestarian tanahnya sendiri, tepat 24 hari menjelang satu tahun kepemimpinan Presiden Joko Widodo. Banyak yang menyayangkan adanya korban nyawa mengingat para pelaku juga warga sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun