5. Unsur hak dan martabat orangÂ
Dalam hal ini yang diteliti meliputi tema, judul, adegan visual, dialog monolog dan teks terjemahannya, sebelum dikeluarkan STLSnya. STLS itu sendiri menyebutkan kelompok usia, durasi tayang, dan ada masa berlakunya.Â
Dalam hal melaksanakan tugaspun, LSF sangat menghargai hak kekayaan inteektual, sehingga pada perkembangannya adegan adegan yang dipandang kurang sesuai dikembalikan pada pemilik film dengan catatan. Apakah pemilik film akan melakukan blur atau memotong adegan tersebut, kembali pada si pemilik.Â
Namun demikian tanggung jawab dalam memilah dan memilih film yang ditonton tetap merupakan tugas dari masyarakat. Jangan sampai menonton film yang tidak sesuai dengan usianya, maupun usia anak, jika menonton film bersama anak. Kesadaran masyarakat unuk melakukan memilah dan memilih tontonan yang layak inilah yang disebut sensor mandiri.Â
Hal ini sesuai dengan pemikiranku.Â
Dear Diary,Â
Kadangkala penggolongan usia yang dilakukan LSF tidak sesuai bagi perorangan. Misalnya, ada film-film yang memicu gangguan mental bagi orang tertentu, tetapi, tidak memicu pada orang lain. Jadi sesuailah ini untuk kita melakukan sensor mandiri.Â
Makanya ya, dalam lanjutan anjangsana di LSF ini, aku kabur gak jadi menonton cuplikan adegan adegan yang diberi catatn oleh LSF karena yah.... daripada ketrigger kan?Â
Tapi aku senang banget bisa mengikuti anjangsana ke LSF ini. Aku jadi semakin yakin dan ingin mengajak circle of influence aku untuk melakukan Sensor Mandiri ini. Yah, sebagaimana disebutkan Pak Andi Muslim bahwa LSF ini ranah kerjanya tidak mencakup layar layar digital seperti yang tayang di internet. Belum ada payung hukumnya sih.Â