Sebagai menteri agama, secara kuratif saya akan mendorong agar UU ITE diterapkan maksimal untuk memberikan efek jera bagi penyebar berita hoax. Bersamaan dengan itu, saya juga akan menyentuh nurani para penyebar dan pembuat berita hoax agar tidak lagi melakukan.
Tentu saja dalam hal ini saya juga akan bekerja sama dengan kementrian hukum dan HAM serta kementrian informasi dan komunikasi.
Menjadi menteri agama tentu saya akan membuat akun media sosial saya dapat menjadi sumber berita positif dan rajin berinteraksi dengan para pengikut saya. Bukan supaya populer, namun supaya saya memberikan warna menjaga hati yang melawan hoax.
Saya akan menjadikan media sosial saya sebagai garda terdepan informasi berita positif. Selain itu, saya akan meminta pejabat di kementerian saya juga melaksanakan hal yang sama.
Saya akan segera melakukan klarifikasi jika ada isu berkaitan dengan kementerian saya, dan ikut serta terlibat mengingatkan masyarakat kalau ada isu isu negatif perihal kementerian lain.
Tentunya saya juga membimbing dan menjadi contoh bagi anak buah saya dalam membuat media sosial yang bermanfaat bagi masyarakat dalam menjaga hati dan melawan hoax.
Selain itu saya juga akan melibatkan menteri urusan perempuan untuk memberikan edukasi pada para perempuan agar lebih bijak bermedia sosial. Iya. Perempuan. Kenapa? Karena perempuan suka bergosip. Kenapa tidak diajak bergosip sehat?
Bagaimana sih bergosip sehat itu?
1. Sumber gosip terpercaya. Kalau sumbernya aja level menteri agama, atau pembuat kebijakan kan bisa dipercaya dong. Makanya buka keran informasi. Biar digosipkan yang positif
2. Sudah di cek dan ricek. Membiarkan para penggosip melakukan pengecekan dengan klarifikasi.
3. Memiliki unsur pendidikan. Perempuan sekarang kan cerdas. Jadi biarkan bergosip dengan data dan berikan data yang valid agar disebarkan. Nah, cocok ngga saya jadi menteri Agama?