Sejak tahun 2015, saya mulai menggunakan transportasi online yaitu Grab Indonesia. Saya tahu bahwa saat itu sudah ada Gojek dan Uber juga. Dari ketiga transportasi online tersebut, saya menggunakan Grab pertama kali. Akhir April 2015 tepatnya saya mulai memanfaatkan jasa aplikasi Grab. Waktu itu Grab Indonesia masih menggunakan kerjasama dengan taksi konvensional. Taksi yang bekerja sama kebanyakan adalah taksi dengan tarif bawah. Promo yang diberikan adalah potongan harga IDR 15-30K setiap pemesanan. Saat itu malah pengemudi yang memberi tahu saya promo promo yang ditawarkan saat itu.Â
Menurut pengemudi, setiap mereka mengambil promo, mereka juga mendapat bonus, sehingga penumpang kadang diajarin mereka mengakali promo. Misalnya, hapus aplikasi dan pasang lagi. Order beberapa kali putus sambung agar bayar murah. Itu trik trik yang diberikan pengemudi pada penumpang. Grab Bike baru diperkenalkan belakangan. Pada saat itu, jelang pindah ke Sumatra, saya sempat mengalami, kecurian kartu kredit BCA oleh driver taksi yang nakal, yang membuat akhirnya saya harus memblokir kartu dan repot ke kantor polisi.Â
Setelah mengenal Grab, saya juga mulai mengenal Gojek. Saya mulai memanfaatkan jasa gojek dengan referral kode, sehingga saya sempat mendapat credit sebanyak IDR 400K pada beberapa no HP saya. Sudah lama saya punya lebih dari 1 no HP, sehingga saling referralkan. Curang juga sih. Tapi masih sah karena memang no HP dan email saya banyak. Saat itu go-jek hanya memiliki sedikit layanan, yaitu, go-food, go-box dan go-send.Â
Walaupun saat itu sudah ramai aplikasi Uber, saya belum pernah mencobanya, Karena saat itu, menggunakan Uber memerlukan kartu kredit. Sekalipun mempunyai kartu kredit, saya segan menggunakannya untuk memesan Uber.
Saya meninggalkan Jakarta, Juli 2015. Putus hubungan dengantransportasi online, karena di kota yang baru tidak ada transportasi online. Â Namun saat kembali ke Jakarta untuk kompasianival 2015, saya sempat memanfaatkan aplikasi gojek lagi. Grab sendiri sudah bermetamorfosa dan mempunyai unit Grab Car.
Juli 2016, saya kembali ke Jakarta dan mendapatkan bahwa perkembangan transportasi online sudah menjadi pesat. Saya tahu ada sejumlah nama transportasi online, namun pada perkembangannya, selain yang tiga tersebut lainnya redup dan sepertinya layu sebelum berkembang.
Sejak kembali ke Jakarta, saya menemukan Uber sudah bisa dipakai dengan menggunakan pembayaran tunai. Menyenangkan, sehingga saya menggunakan sejumlah promo dan mulai memanfaatkan Uber. Apalagi, Uber juga sudah memiliki divisi motor. Saat itu Uber adalah yang paling murah. Sama dengan sebelumnya saya memanfaatkan HP saya untuk beberapa akun Uber. Berjalan dengan waktu, tarif Uber mulai meningkat dan ketidak pastian penjemputan, serta cancelation fee yang diterapkan merepotkan dan merugikan saya, sehingga, sebagai customer ngga mau rugi, saya pindah ke Gojek. Saat itu Gojek tarif diskon 25%. Kemudian Gojek memberikan promo diskon sebesar 50% bagi pengguna credit sehingga saya makin bersemangat memanfaatkan jasa aplikasi Gojek.
Sampai tulisan ini dibuat, Uber belum menggunakan non tunai(kartu kredit tidak termasuk non tunai menurut saya). Saya mulai berhenti menggunakan Uber dan meng un instal aplikasinya sejak saya tidak bisa lagi menggunakan promonya, dan beberapa kali menggunakan promo Uber dengan akun teman, saya menemukan fenomena pengemudi yang membuat miris. Sekitar 75% pengemudi Uber mengeluhkan penggunaan promo dan kartu kredit, yang membuat mereka tidak bisa membeli bensin. Sebagai customer, sekalipun senang mendapatkan promo yang membuat murah, namun sedih juga empatipun timbul kala kegembiraan saya menyusahkan pengemudi.Â
Benar, pengemudi menyebut kanpromo dan kartu kredit dibayar oleh Uber, namun jangka waktu antara pembayaran dan penggunaan oleh penumpang cukup lama. 3-7 hari menurut mereka. Ada seorang pengemudi bercerita, dia nyaris tidak bisa pulang setelah seharian mengantar penumpang dengan promo dan kartu kredit sampai pada penumpang terakhir yang membayar dengan tunai, ia meminjam uang untuk membeli bensin agar bisa mengantar penumpang itu, dan segera setelah menurunkan penumpang ia mematikan aplikasi dan pulang. Ngenes dengar cerita itu.Â
Pengemudi transportasi online yang jarang saya dengar keluhannya adalah Go Jek dan Go Car. Walaupun saya tahu dan sering dengar mereka demo di kantor mereka, dan mogok. Pengisian kredit, yang biasa disebut Go-Pay relatif mudah. Bahkan driverpun bisa membantu. Promo yang diberikan pada customer tidak memerlukan kode. Hasil mengobrol dengan pengemudi, walaupun mereka mengalami penurunan hasil, namun sejauh ini tidak membuat mereka mengakali penumpang, walau ada 1-2 pengemudi nakal. Ada pengemudi yang mengaku kalau promo, dia dapat hanya sesuai harga yang dibayar penumpang. Ketika saya mengatakan saya tahu pendapatan pengemudi, maka iapun menjelaskan derita sebagai pengemudi Go-Jek. Itu satu-satunya saya mendengar pengemudi mengeluh.Â
Program loyalitas aplikasi Go Jek pada penumpangpun memuaskan. Sejak bulan Februari atau Maret 2017 setiap menggunakan Go-Pay, penumpang diberikan token yang digunakan untuk swipe dan mendapatkan point, yang bisa ditukar berbagai layanan. Saya mencoba layanan Go Massage dari hasil point, menggunakan Go Jek dan Go Car senilai tertentu gratis, voucher diskon JD.ID, dan Lazada, juga membeli Fanta di Alfamart gratis dengan voucher, termasuk juga membeli pulsa dengan Go-Pulsa, dan yang jadi favorit saya belakangan ini adalah Go Food. Makan siang dan makan malam gratis tuh dengan voucher Go Food IDR 50K. Namanya juga anak kost, mana mau mahal? Hahahahahah.Â
Mengevaluasi penggunaan aplikasi transportasi online, saya mendapati bahwa Grab adalah transportasi termahal, awalnya. Namun sejak Maret 2017, saya mencoba memanfaatkan Grab kembali, Karena sudah menggunakan nontunai, yaitu Grab Pay. Â
Menggunakan Grab selama 3 bulan terakhir ini saya menemukan keluhan yang hampir sama dengan pengemudi Uber. Kemarin adalah peristiwa yang paling menjengkelkan saya. Pengemudi meminta pengertian agar saya cancel perjalanan sebab saya menggunakan GrabPay. Memang pengemudi tidak menggunakan kata-kata kasar, namun karena saya terburu buru dan sudah bela-belain telpon, bahkan bela-belain mau memberi tip, kalau ia cepat datang, saya kesal sekali.Â
Saya adalah tipe penumpang, yang tidak pernah memberi tip. Bukan pelit sih. Saya kerja juga tidak ada yang memberi tip. Menurut saya, pegawai dan pengemudi transportasi online sebenarnya lebih enak pengemudi transportasi online. Pengemudi transportasi online bisa mencairkan pendapatan mereka seminggu sekali. Bagaimana kami pegawai? Suka tidak suka kami mendapat penghasilan hanya sebulan sekali. Bagaimana beli makan sebulan,transport kerja, bayar lain lain?Â
Itulah sebabnya saya jarang memberikan tip, kecuali saya memang memiliki ada ekstra effort yang ditunjukkan pengemudi sehingga saya terkesan sekali. Jadi promopun saya tidak memberikan tip. Walau saya tak pernah lupa memberi bintang lima dan komentar terimakasih pada aplikasi. Mengapa? Karena pengemudi aplikasi pernah mengatakan bahwa bintang lima yang diberikan penumpang tidak dihitung server, jika tidak disertai ucapan terimakasih dan komen positif.Â
Ketika dalam perjalanan, dengan mendengarkan dan bercakap cakap dengan pengemudi saya tahu bahwa, membatalkan perjalanan berpengaruh pada performa kerja pengemudi, (implikasi pada insentif/bonus) sehingga saya berusaha sedapat mungkin tidak membatalkan perjalanan setelah order.Â
Kembali pada penggunaan aplikasi Grab, sepertinya setelah GrabPay saya habis, saya tidak lagi akan melanjutkan penggunaan aplikasi ini. Keluhan dan kekecewaan pengemudi adalah alasan utama bagi saya selain memang saya menemukan bahwa promo yang menguntungkan customer, menyusahkan pengemudi. Reward yang ditawarkan Grab pun tidak menggugah loyalitas saya, karena ternyatsaya pernah menukar reward untuk free ride IDR 5K saja tidak bisa digunakan. Apakah selamanya tidak mau menggunakan Grab?Â
Mungkin sampai pengisian grappay dipermudah, dan promo bersifat otomatis, serta drivernya mendapatkan pembayaran lebih cepat sehingga tidak mengeluh atau complain pada penumpang lagi. Semurah-murahnya customer membayar, jelas bahwa customer membayar. Bukan gratis. Andaikanpun gratis, pasti karena memenuhi syarat dan ketentuan dari aplikasi. Sebagai cutomer saya berharap aplikasi tranportasi online dapat membahagiakan pengemudinya, sehingga pada ujungnya lahir customer yang loyal menggunakan aplikasinya.
Demikianlah pengalaman saya menggunakan tiga aplikasi transportasi online terbesar, adakah yang punya pengalaman serupa?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H