Mohon tunggu...
Maria Margaretha
Maria Margaretha Mohon Tunggu... Guru - Guru SD. Blogger.

Teaching 1...2...3. Knowledge is a power. Long Life Learner

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Wisata Ikon Kota Jambi

16 Juli 2015   16:14 Diperbarui: 16 Juli 2015   16:23 591
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Memang, Pak Thamrin menyampaikan bahwa kunjungan sesingkat itu tentunya tidaklah memuaskan untuk belajar. Sayapun menyadarinya. Banyak sekali yang kami coba untuk catat dalam waktu sesingkat itu dan jepret dengan kamera, namun tentu berbeda, rasanya jika kami bisa menikmati dengan lebih tenang.

Berikut saya coba berbagi beberapa gambar, yang mungkin bisa menunjukkan seperti apa museum ini. [caption caption="Pakaian adat Jambi, menurut saya... benarkah?"]

[/caption]

[caption caption="Kalau saya tidak keliru, ini sudut berisi kain tradisional Jambi"]

[/caption]

 

Dua spot wisata ini saja sudah membuat saya kelelahan. Bu Lilis yang masih belum lelah dan Pak Fauzi pengemudi taxi Cempaka yang kami gunakan akhirnya mengarah ke Masjid Seribu Tiang, atau masjid Al Falah tepatnya. Saya menawarkan Pak Fauzi untuk shalat Jumat selagi saya beristirahat di kedai kopi oey, di dekatnya. Nah, saya pikir, saya akan mengakhiri sampai di sini dulu kisah saya, karena spot wisata lain yang kami jalani hari itu ada beberapa. Jadi masih akan saya lanjutkan nantinya.

Sorenya saya menemani bu Lilis berbuka puasa, kali ini di sekitar hotel J8 kami menemukan sebuah tempat makan. Martabak Kari namanya.

[caption caption="Martabak kok pakai kari ya? New taste. Enjoy this."]

[/caption]

Ini martabak kari. Aku pesannya gak pakai daging. Lagi ngirit. Martabak Kari ini miriplah sama martabak di Jakarta. Bedanya cuma makannya pakai kari, dan isinya kentang dan bukan daging. Kata Bu Lilis yang makan martabak kari daging, isi kentang itu tapi dagingnya di kari. Santannya ngga kental sekali. Trus acarnya bukan timun, tapi bawang bombay dan cabai potong. Rasanya? Hmmm boleh juga. Karena santan tidak kentan sekali, saya berani menungnya di atas martabak atau mencelupnya. Belakangan, saya tuang juga acarnya, karena saya lihat bapak di samping meja saya melakukan hal itu. Enak kok.

Setelah makan bersantan, kami minum teh hangat. Baru kemudian saya dan bu Lilis pindah tongkrongan, mencari juice di warung sebelahnya. Juice-nya lezat, walau bu Lilis sempat bergidik melihat pada warung tersebut ada beberapa jenis masakan yang tidak halal.

[caption caption="Hello,... please deh,... jeruk nipisnya punya gue gitu,... hahahhahahaha,... berebut juice ya sesama saudara"]

[/caption]

[caption caption="Hayo siapa yang tahu mana yang tidak halal? Hehehehehe"]

[/caption]

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun