Terkadang, menggunakan KA Ekonomi itu benar-benar sesuatu sekali. Banyak yang bisa dilihat di atas kereta api. Hanya saja, siap-siap capek, karena memang perjalanan menjadi panjaaaaang. Tetapi setidaknya daripada naik Lion Air yang delay tanpa kejelasan, kereta api ekonomi AC bisa saja jadi pilihan perjalanan merakyat yang asyik.
Saya menggunakan kereta api gaya baru malam selatan yang berangkat pukul 12.00 WIB tanggal 20 Februari 2015 tepat waktu dari stasiun Gubeng Surabaya. Awalnya kereta terkesan kosong, dan banyak bangku belum terisi. Saya berada di gerbong 5 tempat duduk no 18C. Dua kursi di lainnya diisi seorang ibu dan keponakannya serta cucu keponakan.
[caption id="attachment_352217" align="aligncenter" width="300" caption="Banjir dipotret dari kaca jendela kereta api di Mojokerto-Jombang"][/caption]
[caption id="attachment_352220" align="aligncenter" width="300" caption="Cukup untuk membuat keretaku berjalan perlahan-lahan,..."]
![14244944581742817143](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14244944581742817143.jpg?t=o&v=300?t=o&v=770)
[caption id="attachment_352221" align="aligncenter" width="300" caption="Gunung membiru membuat rasa jadi biru, indahnya alamku. lagi, dari balik kaca kereta saja."]
![14244945511785022723](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14244945511785022723.jpg?t=o&v=300?t=o&v=770)
[caption id="attachment_352224" align="aligncenter" width="300" caption="AC bocor di gerbong 6 kereta GBMS"]
![14244946511996700102](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14244946511996700102.jpg?t=o&v=300?t=o&v=770)
Setelah kereta mulai sedikit penuh, terasa bahwa AC di gerbong 5, kurang dingin. Mengecek ke gerbong tetangga, di gerbong 6, ada bagian yang dingin, ada bagian yang kurang dingin. Bagian yang dinginpun harus dibayar dengan basah karena rupanya si AC bocor.
[caption id="attachment_352227" align="aligncenter" width="300" caption="Mencoba memotret kebocoran AC namun tak nampak."]
![1424494963467420533](https://assets.kompasiana.com/statics/files/1424494963467420533.jpg?t=o&v=300?t=o&v=770)
[caption id="attachment_352229" align="aligncenter" width="300" caption="Tetesan air ditempat duduk penumpang, dibagian AC yang bocor."]
![14244950451775494469](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14244950451775494469.jpg?t=o&v=300?t=o&v=770)
Ada beberapa catatan dalam perjalanan kali ini, yang lebih merupakan sebuah tanya pada PT KAI.
1. Saya menyukai adanya kereta api ekonomi AC. Harus saya akui ini. Namun demikian, sejumlah tanya masih mengelitik pemikiran sampai saya tiba di Jakarta.
Dalam perjalanan, seorang pemuda diturunkan paksa oleh kondektur KAI, di stasiun Sembung. Yang bersangkutan duduk tepat dihadapan saya. No 17, entah A atau B atau C. Saya memang membaca aturan seperti ini,
[caption id="attachment_352231" align="aligncenter" width="300" caption="Dilarang merokok, Baik di bordes, maupun di toilet (no. 4) jelas aturan yang penting sekali karena kereta api ber AC."]
![14244957411649275001](https://assets.kompasiana.com/statics/files/14244957411649275001.jpg?t=o&v=300?t=o&v=770)
Namun tak ada penjelasan bahwa pelanggarannya akan ditindak dengan penurunan penumpang. Satu-satunya penjelasan ada di pintu WC gerbong 5, tertulis sbb:
Dilarang merokok di atas kereta, pelanggarnya jika menolak ditertibkan akan diturunkan di stasiun terdekat.
Tulisan ini sempat saya potret, namun sayangnya, tidak bisa saya upload dari HP saya.
Keheranan saya timbul karena saat kondektur menurunkan penumpang tersebut, yang bersangkutan marah-marah saat saya potret. Ia menanyakan izin saya memotretnya. Saya jadi kaget, karena ditegur sedemikian rupa oleh sangkondektur itu.
Penumpang lain melihat kejadian tersebut memberikan opini mereka. Para penumpang, menyiratkan ketidak setujuan dengan perlakuan pak kondektur tersebut.
Saya BUKAN TIDAK SETUJU dengan penerapan SANKSI. Sebagai guru, saya juga kadang harus memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa saya.
Pada saat memberikan sanksi, saya merasa sah saja, kalau ada yang tidak puas. Mau di CCTVpun saya tidak takut. Karena tujuan pemberian sanksi seharusnya edukasi, agar tak ada pelanggaran.
Tetapi kenapa kondektur tersebut terkesan ketakutan??? Defensif dan menuntut saya karena memotretnya melaksanakan tugas?
Beberapa penumpang menduga bahwa si kondektur tidak memberi peringatan namun langsung melakukan tindakan. Oleh sebab itu, ia merasa ketakutan sendiri.
2. Tiket si penumpang diambil sebelum diturunkan.
Apakah bukan hak penumpang yang telah membeli tiket dan membayarkan jumlah 190 rb rupiah memiliki tiketnya, kenapa selain diturunkan paksa, tiketnya juga diambil? Hal ini menimbulkan spekulasi bahwa kondektur sengaja melakukannya untuk tujuan yang tidak benar dan memperkuat sangkaan setelah yang kondektur takut di foto.
Secara pribadi, saya menyetujui tindakan penurunan penumpang yang melakukan pelanggaran. Merokok dan perokok itu memang terkadang tidak peduli peraturan, bahkan bisa lebih galak saat diberi peringatan. Tetapi, apakah tak ada peringatan sebelumnya sehingga pelaku paling tidak tahu kesalahannya?
Saat penurunan penumpang tersebut, saya sengaja mengikuti si penumpang ini. Kasihan juga usia masih belum 20 kalau saya perkirakan yang pastinya ditegur keras saja sudah takut, kok sampai diturunkan. Saat saya tanya, lho kenapa mas? Ia menyahut bahwa ia tak tahu pelanggarannya. Saya jadi tahu karena si pak kondektur menyebutkan plakat di pintu WC tersebut, yang anehnya, dari seluruh gerbong KA saya perikasa, hanya gerbong 5 yang mempunyai plakat tersebut.
Mohon penjelasan dari KAI.