Dalam perjalanan, seorang pemuda diturunkan paksa oleh kondektur KAI, di stasiun Sembung. Yang bersangkutan duduk tepat dihadapan saya. No 17, entah A atau B atau C. Saya memang membaca aturan seperti ini,
[caption id="attachment_352231" align="aligncenter" width="300" caption="Dilarang merokok, Baik di bordes, maupun di toilet (no. 4) jelas aturan yang penting sekali karena kereta api ber AC."]
Namun tak ada penjelasan bahwa pelanggarannya akan ditindak dengan penurunan penumpang. Satu-satunya penjelasan ada di pintu WC gerbong 5, tertulis sbb:
Dilarang merokok di atas kereta, pelanggarnya jika menolak ditertibkan akan diturunkan di stasiun terdekat.
Tulisan ini sempat saya potret, namun sayangnya, tidak bisa saya upload dari HP saya.
Keheranan saya timbul karena saat kondektur menurunkan penumpang tersebut, yang bersangkutan marah-marah saat saya potret. Ia menanyakan izin saya memotretnya. Saya jadi kaget, karena ditegur sedemikian rupa oleh sangkondektur itu.
Penumpang lain melihat kejadian tersebut memberikan opini mereka. Para penumpang, menyiratkan ketidak setujuan dengan perlakuan pak kondektur tersebut.
Saya BUKAN TIDAK SETUJU dengan penerapan SANKSI. Sebagai guru, saya juga kadang harus memberikan sanksi atas pelanggaran yang dilakukan oleh siswa saya.
Pada saat memberikan sanksi, saya merasa sah saja, kalau ada yang tidak puas. Mau di CCTVpun saya tidak takut. Karena tujuan pemberian sanksi seharusnya edukasi, agar tak ada pelanggaran.
Tetapi kenapa kondektur tersebut terkesan ketakutan??? Defensif dan menuntut saya karena memotretnya melaksanakan tugas?
Beberapa penumpang menduga bahwa si kondektur tidak memberi peringatan namun langsung melakukan tindakan. Oleh sebab itu, ia merasa ketakutan sendiri.