Hanya sunyi yang mengisi jeda kali ini.
"Aku tau yang harus kulakukan," kata Angin kemudian. "Aku harap kau tidak kecewa dengan pengorbananku ini." Dan Anginpun menghilang. Si perempuan sejenak terpana, namun kemudian jati dirinya kembali.
"Ini yang kau bilang pengorbanan?! Dengan melarikan diri dariku, lagi?!" si perempuan merangsek maju ke arah laut, dan baru tersadar akan sesuatu. Tiada lagi rasa berkarat yang menempel di kakinya. Rasa nyaman yang dulu memasungnya, yang lalu berubah menjadi ketidaknyamanan karena karat yang memberat, kini hilang sudah. Tubuhnya tetap terikat puluhan gulungan rantai lelaki itu, namun kakinya kini sudah bebas sepenuhnya. Kecewakah ia dengan pengorbanan yang dilakukan Angin? Hanya embun-embun dari ujung matanya yang beterbangan ditiup angin, yang bisa menjawabnya.
Di kejauhan, Angin menangkap embun-embun itu. Tak dibiarkannya hilang walau setetespun. Dan ketika embun terakhir sudah berada dalam genggamannya, dia melihat ke bawah. Kakinya sudah terpasung kini.
April, 2016.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H