Ditambah dengan kenyataan bahwa pasung di kakinya itu, sebagaimanapun nyamannya, sudah mulai berkarat, karena Angin tak lagi menghampiri dan menyelimutinya lagi semenjak waktu itu. Maka dia memutuskan untuk mencari Angin, sehingga disinilah, di pantai inilah dia berada.
Angin menatap si perempuan dari kejauhan. Dia tak pernah hilang selama ini. Hanya saja dia menyembunyikan dirinya di antara angin-angin lainnya sehingga perempuan itu tidak menyadarinya. Setelah lama memandangi si perempuan, Angin menyadari bahwa jika perempuan itu sudah mengasah keberaniannya untuk menghampiri pantai ini dengan tujuan mencarinya, sudah semestinyalah dia berbuat sesuatu untuk perempuan itu. Angin tau perempuan itu mencarinya, karena lelaki pengikat rantai itu sedang tidak berada di sebelahnya, dan raut wajah si perempuan. Kau bisa membaca banyak darinya.
Angin lalu menghampiri si perempuan yang tengah termangu menatap garis pemisah air dan langit di kejauhan, dan duduk di samping perempuan itu. Perempuan lalu menoleh ke arahnya, lalu memberinya seraut wajah. Tanpa kata-kata.
"Andai saja ada yang dapat kulakukan untukmu, Perempuan."
Lalu ombak pantai dan kicau burung camar angkat suara mengisi jeda.
"Kau tau kau bisa melakukan sesuatu untukku. Kau bisa membawaku terbang meninggalkan semua ini."
Ganti gemerisik angin menari menggesekkan badannya dengan dedaunan kelapa yang angkat suara.
"Andai aku bisa.." lirih berbisik Angin.
"Apakah hanya itu yang bisa kau lakukan untukku? Bermain pengandaian sementara aku sudah melakukan pengorbananku dengan mencarimu kesini? Setidaknya lepaskan aku dari belenggu rantai di tubuhku ini."
"Kau tau aku tak bisa melakukannya, karena lelaki itu yang mengikatkannya kepadamu, dengan seijinmu sendiri."
"Lalu apa yang akan kau lakukan dengan pengorbananmu untukku? Atau aku hanya mesti menunggu namun tetap takkan pernah tau?"