Mohon tunggu...
Adi Putra
Adi Putra Mohon Tunggu... Karyawan Swasta -

Hidup terus bergulir, kau bisa memilih diam atau mengikutinya, mengacuhkan atau mempelajarinya. Merelakan, atau meratapinya.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Surat Dua Musim: Ku Kan Selalu Mencintaimu

8 April 2016   13:36 Diperbarui: 1 April 2017   08:46 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption caption="Sumber: onyeet.com"]

[/caption]

Jika aku diharapkan bertahan. Pernahkah ia mengucap begitu? Rasanya pernah. Khayalku pernah. Aku mengangankan mendengar ia mengucapkan itu. Ingin rasanya dia untuk sekali saja meruntuhkan dingin hatinya yang sudah membeku itu. Karena aku merasa akulah musim panas untuk dirinya. Dan entah bagaimana, dinding beku itulah yang membuatnya demikian. Mungkin memang benar, misteri menimbulkan daya tariknya sendiri. Dan tiada lagi yang lebih misteri bagiku di dunia ini, selain dingin hatinya yang sudah membeku itu.

Apakah dia benar-benar hanya menganggapku, tidak lebih dan tidak kurang, secara hubungan kerja semata? Maka, aku hanya akan berada di jalanmu. Biarkanlah begitu, biarkanlah aku mengganggu. Biarkanlah bila harus begitu, dimana aku membayarmu untuk melindungiku dari bahaya-bahaya. Penggemar-penggemar yang gila. Selama aku bisa terus berada di dekatmu, berharap mungkin musim dinginmu berlalu ke musim panasku.

---

Dan jadi ku pergi, pun aku tetap tahu, aku takkan bisa melepaskan rasa ini. Rasa yang mungkin selamanya kan jadi misteri. Kemanakah dingin hatimu itu akan berlabuh, sedang musim panasku tak lama lagi akan berlalu. Dan jika bukan musim panas, apalah arti lagi dua orang yang membeku untuk tetap bersama? Bila sekedar menahan rasa yang tak pernah ada. Aku yang sudah muak dengan penggemar-penggemar gila yang tak menyadari di balik gemerlap duniaku, aku hanyalah orang biasa, berdarah kala terluka, terluka kala butuh cinta.

Bahwa ku akan memikirkanmu di setiap jejak langkahku, apalagi yang bisa lebih jelas dari ini? Aku yang tak lama lagi akan turut membeku, terilhami olehmu, oleh dinding bekumu yang tak kunjung runtuh. Apa aku bisa berlari dari ini? Andaikan semudah berlari dari kehidupan gemerlap untuk kembali menjadi orang biasa, seperti yang sedang kujejakkan saat ini. Andai saja. Kita takkan pernah tahu.

---

Sedikit yang kau tahu, dara, aku pernah jatuh cinta, lalu ia tiada, penyakit sialan itu menggoreskan takdirku untuk menderita, melanjutkan hidup dengan separuh tersisa. Maka hatiku mendingin, membeku, mungkin berharap seperti beruang, hibernasi di musim dingin, menunggu mati. Lalu muncul kau, musim panas yang menggelora, tatapan dan sentuhanmu yang penuh makna, menggodaku untuk sekali lagi jatuh cinta. Dan aku memang jatuh, dan aku kan selalu mencintaimuuntuk itu, tapi kau tak perlu tahu. Aku sudah tinggal separuh, takkan sanggup bila ku kehilangan separuh lagi. Yang bisa saja terjadi kalau aku tidak melakukan sebagaimana aku dibayarkan. Melindungimu dari penggemar-penggemar gila.

---

Baru ku tahu, aku sebenarnya hanya tak rela kehilangan separuh diriku lagi. Kau yang sudah memutuskan untuk jadi orang biasa, dan akan terbebas dari penggemar-penggemar gila, yang artinya kita berdua akan menjadi orang biasa nanti. Namun hantu masa lalu terus membunuh keberanianku untuk menyatakan semua. Jadi tinggal langkahku saja, yang pergi dari semua ini, dengan membawa kenangan, pahit dan manis. Itulah yang kupunya, itulah yang kubawa bersamaku.

---

Selamat tinggal, musim dinginku. Ingin ku berkata, o mohon jangan tertetes airmata, tapi apalah daya bila yang tertetes adalah airmataku sendiri. Sementara kau tetap disitu, membeku, menularkan bekumu kepadaku. Mungkin seharusnya lebih baik aku begitu, melepaskan diri ini untuk turut membeku. Mungkin dengan begitu aku dapat memahami misterimu. Tapi langkahmu telah berlalu, dan aku, walau takkan henti ku menunggu, langkahmu telah berlalu.

---

Kulangkahkan kaki ini, dara, karena kita tahu, aku bukanlah orang yang kau butuhkan. Setidaknya aku yang sendiri tahu mengenai itu. Bagaimana kau bisa membutuhkan orang yang hanya bisa secara separuh dirinya mencintaimu? Kau lebih dari layak untuk mendapatkan yang lebih dari aku, dara. Setidaknya aku yang sendiri tahu, sementara kemanapun itu jejak langkah ini akan membawaku pergi dari semua ini. Aku yang takut kehilangan separuh lagi.

---

Aku kan selalu mencintaimu, aku kan selalu mencintaimu. Ingin kunyanyikan itu kepadamu, musim dinginku, tapi langkahmu telah berlalu. Mungkin sebagai upaya terakhirku agar kau tahu. Bila kunyanyikan sekarang, akankah terdengar olehmu? Terdengarkah olehmu, musim dinginku? Ah, aku hanya bisa berdoa dan berharap. Dan ku harap hidup akan memperlakukanmu dengan baik. Membantumu mengikis perlahan dinding bekumu, supaya kau bisa kembali menjadi seseorang yang kubayangkan kau seperti itu, dulu.

Dan ku harap kau menggapai semua mimpimu, musim dinginku. Hati kecilku berteriak, aku ingin ada disitu, aku ingin ada di mimpi-mimpimu, dan mengharap kau dapat menggapai semuanya. Aku. Maafkan aku bila hati kecilku berteriak begitu.

---

O aku sungguh mengharapkan kau senang, dan aku mendoakanmu bahagia, dara. Tiada lagi yang kuinginkan lebih dari itu. Bilapun ada, di atas segalanya, aku mendoakanmu cinta, dara. Cinta yang kan buatmu bahagia, cinta yang kan buatmu senang. Karena kau adalah musim panas yang layak mendapatkan itu semua.

---

Hanya ingin kau tahu.

Ku kan selalu mencintaimu

 

 

 

Jakarta, April 2016

 

sekedar keterangan:

*alinea rata kiri adalah surat musim panas, alinea rata kanan adalah surat musim dingin

**alinea rata tengah adalah surat keduanya

***kata-kata cetak miring adalah terjemahan syair lagu "I Will Always Love You" oleh Dolly Parton

****sedikit dipengaruhi film "Bodyguard" dimana Whitney Houston menyanyikan ulang lagu Dolly Parton tersebut, dan lebih banyak diinspirasi oleh syair lagu itu sendiri

*****salam nostalgia

 

NB: Kok setingan alinea saya jadi rata kiri semua ya setelah dipublish, Admin yth? Tapi waktu saya mencoba mengedit kembali, setingan alineanya sesuai yang saya mau. Jadi harus gimana biar tampilan karya saya ini sesuai dengan yang saya kehendaki?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun