Wabah penyakit merupakan salah satu pembunuh terbesar dalam sejarah umat manusia. Pandemi maupun epidemi selalu menjadi permasalahan yang serius yang dihadapi suatu negara. Pandemi Corona Viruses Disease atau yang terkenal dengan sebutan covid-19 merupakan salah satu pandemi besar yang pernah melanda seluruh dunia.Â
Berdasarkan data sejarah, pandemi yang terjadi di dunia sebenarnya sudah terjadi berulang kali dan merenggut jutaan korban jiwa. Di Indonesia pandemi yang pernah melanda wilayah Indonesia dalam kurun waktu tahun 1800 sampai 2020 di antaranya adalah penyakit Pes, Kolera, Malaria, Flu Spanyol,dan yang terakhir  adalah covid-19.Â
Pandemi pertama yang mewabah di wilayah Indonesia adalah penyakit Pes atau yang terkenal dengan sebutan Black Death Viruses, pandemi ini sebenarnya sudah muncul sejak abad ke- 6 Masehi di wilayah Laut Mediterania. Penyakit yang berasal dari tikus ini mulai mewabah di Indonesia pada abad ke-20, tepatnya pada tahun 1910. Penyakit ini merupakan penyakit yang ganas karena mampu membunuh manusia dalam kurun waktu 3 hari saja.
Berdasarkan catatan sejarah, penyakit Pes ini melanda hampir di seluruh wilayah Jawa. Pandemi ini masuk melalui impor beras yang dilakukan oleh Pemerintah Hindia Belanda untuk mempersiapkan bulan suci ramadhan.Â
Wilayah dengan kasus pandemi pes terbesar di Jawa saat itu adalah  wilayah Jawa timur, Jawa tengah, dan Jawa Barat. Di Jawa Timur kasus terbanyak terjadi di Malang, untuk mengurangi jumlah korban jiwa dan meluasnya pandemi tersebut, residen kota Malang mengeluarkan perintah untuk menutup akses masuk dan keluar wilayah Malang.Â
Selain itu otoritas pemerintahan Kota Malang juga menerapkan pola hidup bersih dan sehat, karena berdasarkan hasil penelitian penyakit pes menular dengan cepat di Kota Malang karena tiga hal yaitu, suhu dingin Kota Malang, hewan pinjal yang berpindah dari tikus ke manusia, dan pola hidup masyarakat yang jorok. Kebijakan ini juga dilakukan di seluruh wilayah Jawa Timur, berkat kebijakan tersebut Jawa Timur berhasil mengendalikan wabah pes dan menurunkan jumlah kasus secara signifikan.
Pandemi kedua yang melanda wilayah Hindia Belanda pada tahun 1918 adalah Pandemi Influenza atau yang terkenal dengan Flu Spanyol. Pandemi ini muncul berbarengan dengan berkecamuknya perang Dunia I tahun 1914-1918.Â
Berdasarkan data dari buku Pandemi Influenza yang ditulis oleh Harto Yuwono dkk, pandemi ini merupakan pandemi terganas yang melanda di seluruh dunia. Pandemi ini diperkirakan merenggut 20 juta- 50 juta jiwa di seluruh dunia, namun jumlah ini patut dipertanyakan mengingat waktu itu dunia juga sedang dilanda perang, maka secara administratif sulit untuk dipastikan  jumlah besar tersebut hanya berasal dari pandemi flu atau bercampur dengan korban perang.Â
Pandemi Influenza ini sebenarnya pada awalnya menginfeksi tentara Amerika seusai melakukan peperangan di Eropa, ditemukan sejumlah kasus mirip pnemunomia yang menular dengan sangat cepat. Kasus penumonia ini juga dikonfirmasi terjadi di seluruh Eropa, namun karena kondisi perang sejumlah negara Eropa dan Amerika memberlakukan sensor ketat adanya kasus pnemunomia jenis baru tersebut.Â
Spanyol yang merupakan negara yang bersikap netral ketika perang dunia I, mengumumkan ke seluruh dunia adaya penyakit pnemunomia jenis baru yang menular dengan cepat dan membunuh banyak jiwa di Spanyol. Karena Spanyol negara pertama yang mengumumkan pertama kali adanya kasus tersebut, maka penyakit tersebut dikenal dengan sebutan Flu Spanyol.
Pandemi ini muncul diperkirakan melalui pelabuhan di China yaitu Hongkong dan Canton. Perkiraan tersebut terjadi karena adanya kasus konfirmasi positif di China dan Hindia Belanda tidak mengadakan hubungan dagang dengan Eropa karena adanya Perang Dunia. Bulan Juli 1918 rumah sakit di Hindia Belanda mulai melaporkan adanya kasus pandemi influenza.Â
Dalam waktu kurang dari 2 minggu, banyak laporan yang masuk bahwa pandemi ini merebak ke seluruh wilayah Hindia Belanda. Kasus pandemi yang muncul di beberapa titik di Jawa terletak di wilayah jalur transportasi yang memungkinkan banyak kontak antar manusia terjadi. Kasus Kematian cukup tinggi, tercatat kasus influenza di Magelang dari tanggal 25 Oktober 1918 hingga 12 Desember 1918, korban meninggal akibat influenza mencapai 60 Jiwa. Â
Meluasnya kasus tersebut menyebabkan pemerintah Hindia Belanda mengambil kebijakan untuk menutup akses keluar masuk Hindia Belanda terutama perdagangan dari wilayah laut. Pemerintah Hindia Belanda kemudian memerintahkan Dinas Kesehatan Rakyat (Â Burgelijke Gezondheid Dienst) untuk menggerakkan pemerintah daerah dan organisasi swasta menangani wabah tersebut.Â
Hasil riset laboratorium kesehatan di Batavia menyebutkan bahwa kemungkinan besar penyebaran pandemi adalah melalui udara (lucht), maka pada bulan November 1918 pemerintah kolonial Hindia Belanda memerintahkan pemerintah daerah dan intansi terkait untuk membagikan masker dan mewajibkan masyarakat menggunakan masker untuk menghindari pandemi tersebut.Â
Selain itu pemerintah Hindia Belanda juga melakukan propaganda hidup bersih dan sehat dan mensosialisasikan gejala influenza tersebut melalui jalur birokrasi dan organisasi keagamaan. Mengingat gawatnya situasi pandemi influenza tersebut maka pemerintah Hindia Belanda mengeluarkan Influenza Ordonnantie secara langkap dari pencegahan hingga sanksi yang diberlakukan ke seluruh rakyat. Kesigapan pemerintah kolonial Hindia Belanda dalam menghadapi pandemi membuat kasus penularan Hindia Belanda dapat di kendalikan dengan cepat.
Dari beberapa contoh kasus pandemi di atas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa sebenarnya kasus-kasus pandemi sudah pernah terjadi dan sudah terdapat cara-cara untuk menanggulanginya.Â
Pemangku jabatan agar tidak gagap menghadapi pandemi sebenarnya harus banyak menilik sejarah bangsa agar mengetahui langkah-langkah yang efektif dan efisien dalam mengendalikan kasus pandemi.Â
Kesigapan pemerintah melalui serangkaian program penanggulangan, ketegasan pemerintah untuk menutup akses penyebaran dari luar, dan kesadaran masyarakat untuk menaati protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah merupakan ujung tombak penanganan pandemi pada sebuah negara.Â
Perlu kesadaran dari semua pihak untuk bersama-sama mengendalikan penularan pandemi covid-19 ini, seperti yang pernah dilakukan oleh pemerintah kolonial Hinda Belanda yang bersinergi dengan semua pihak dalam menanggulangi sebuah wabah penyakit. Keberhasilan penanganan pandemi dalam sejarah bangsa merupakan sebuah dukungan moral bagi masyarakat masa kini dalam menghadapi pandemi.
Sejarah selalu berulang, meskipun dengan konteks yang berbeda, namun banyak hikmah dan pelajaran yang bisa diambil melalui sejarah. So, jangan lupa untuk terus membaca sejarah ya..
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H