Sementara, Reihan pun bersikeras bahwa semua karena Cinta terlalu sibuk dengan dirinya sendiri. Uang belanja yang diberikan tiap bulan selalu habis digunakan untuk foya-foya. Bahkan, untuk kebutuhan membayar beberapa kartu kredit pun masih menggunakan uang perusahaan. Â
"Apa-apaan kamu, Cin? Uang belanja 15 juta habis, belum lagi tagihan kartu kreditmu berjuta-juta pakai uang kantor. Belanja apa saja kamu?" bentak Reihan suatu hari.
"Kenapa? Kamu lebih memilih wanita lain yang kamu belanjakan daripada istrimu sendiri? Lebih baik kamu habiskan uang untuk anak-anakmu kan daripada simpananmu?" Cinta mengelak.
"Aku tidak punya simpanan. Jaga mulutmu! Uang kantor habis karena tagihan kartu kreditmu, paham kamu?"
Kondisi bisnis Reihan yang tidak stabil akhir-akhir ini pun turut menambah permasalahan. Beberapa proyek besar yang diharapkan lepas. Kerja sama yang selama ini telah terjalin dengan baik bersama beberapa mitra kerja tidak lagi diperpanjang.
Reihan makin limbung. Dia mencurahkan isi hatinya kepada Ibu dan keluarga besarnya, yang notabene tidak suka dengan Cinta dari awal pernikahan mereka. Cinta dinilai terlalu materialistis.
Keadaan rumah tangga yang rumit membuat Cinta mengadukan semua permasalahan kepada mantan pacarnya. Sang pacar yang masih setia dan belum menikah, dengan senang hati menjadi dewa penolong bagi Cinta. Bak gayung bersambut, kedua insan yang dulu pernah dimabuk cinta kini bersemi kembali.
Cinta makin sering pulang ke kampung halamannya. Dengan alasan menenangkan diri dan pulang ke rumah orang tuanya, ternyata menyewa rumah sendiri bersama kekasihnya di suatu kompleks perumahan. Bersama kedua putrinya, Cinta tinggal satu atap layaknya pasangan keluarga bahagia.
Lelaki mana yang akan menolak Cinta? Kulit putih, wajah cantik, tubuh indah, gaya bicaranya pun manja. Mirip artis kekinian yang sering tampil di televisi, Raisa. Mungkin hanya Reihan, lelaki bodoh yang menyia-nyiakan Cinta dengan segala kemolekannya.
Suatu malam yang dingin, di sebuah kota yang disebut kota tahu, Reihan menghabiskan malam. Tanpa rencana sebelumnya, lelaki itu telah melajukan kendaraan membelah keremangan malam. Tiga jam perjalanan ditempuhnya tanpa alasan hingga sampailah di kota asal Cinta.
Saat keluar dari sebuah kedai kopi dan hendak berputar arah mencari penginapan, tak sengaja mata Reihan melihat mobil Pajero Sport putih dengan ciri-ciri khusus. Mobil itu berplat nomor yang merupakan inisial nama putrinya, melintas persis di depannya. Tanpa ragu, lelaki bertubuh kekar itu bermaksud membuntutinya.