Sekali lagi, bukan berarti setuju kepada pemberontakan seorang anak kepada orang tuanya atau seorang istri kepada suaminya, tetapi lebih kepada sosok perempuan yang harus pandai, mandiri, kuat, dan bisa menempatkan diri.
Bisa dibayangkan bukan, apa yang akan terjadi terhadap nasib Anissa jika dia tidak memberontak dan memilih menurut pada Ayah, Kakak, dan suaminya yang semena-mena itu?
Ya, mungkin tidak akan ada cerita Perempuan Berkalung Sorban. Tidak akan ada perubahan kurikulum di pesantren itu terhadap nasib santriwatinya. Tidak akan ada ibu yang berwawasan luas sebagai madrasatul ula bagi anaknya.
Wallahualam bishawab. Mohon maaf jika ada yang kurang berkenan.Â
Dirangkum dari berbagai sumber.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H