"Apa itu artinya jika aku berubah kamu menerima cintaku?" tanya Yuda sambil memandang Any tajam.
"Kita lihat saja, apa benar kamu bisa berubah menjadi lebih baik."
Any, gadis berkulit langsat itu, meski belum menamatkan SMA-nya tetapi memiliki pemikiran yang jauh dan lebih bijaksana. Selisih usianya lebih muda dua tahun dari Yuda, tetapi gadis itu justru terlihat lebih dewasa. Itulah yang membuat Yuda sangat mencintai Any, beda dengan gadis seusianya.
Namun, tidak demikian dengan Any. Banyak hal yang harus dipertimbangkan untuk memulai komitmen berpacaran. Baginya, pacaran bukan hanya jalan bersama menikmati keindahan romansa, tetapi ada hal lain yang lebih utama, sekolah dan masa depan.
***
"Any, aku sudah lulus, aku bisa cari kerja di bengkel. Aku akan segera melamarmu jika kamu sudah siap. Kapan itu, Any?" tanya Yuda sepulang dari Semarang, setelah mengikuti salah satu pelatihan perbengkelan.
"Aku harus kuliah dulu, mumpung Bapak masih mampu membiayai." Jawaban Any sedikit membuat Yuda gentar.
"Kamu kuliah di mana?" tanyanya ragu.
"Aku sudah mendaftar di institut. Mungkin awal bulan sudah mulai kuliah."
"Kamu kuliah di institut itu? Banyak lakinya? Haduh, Any! Apa jadinya kamu nanti?" Yuda menampakkan raut tak setuju.
"Memang kenapa kalau banyak lelakinya? Kamu pikir aku akan cari-cari perhatian mereka? Aku akan genit-genit ke mereka? Iih, cetek banget pikiranmu?" Any heran dengan pertanyaan Yuda.
"Bukan begitu, artinya akan makin banyak teman lelakimu dan aku akan makin tersisihkan, Any. Aku gak mau itu!"