Penyesalan tampak menggurat di wajah putihnya. Rona kehilangan membentuk lukisan sedih. Wajah ceria yang tadi terpancar berganti suram.
Aryo telah pergi. Entah kapan akan kembali. Hanya penantian tak pasti yang akan menemani.
***
"Far, kita ke mall, yuk! Aku kepingin beli buku teori. Temani, ya. Ntar kita makan siang di resto yang kamu tunjukan dulu," ajak Ratna saat mereka berpapasan di kantin.
"Kamu ngajak aku saat butuh aja, 'kan? Tapi di saat senang-senang kamu buang aku! Apa maksudmu datang ke perpisahan Mas Aryo diam-diam? Alasan apa yang kamu sampaikan sampai-sampai Mas Aryo dan lainnya tak menghubungi aku? Sahabat macam apa kau?" ucap Fara setengah berbisik.
"Far, aku tak bermaksud begitu. Aku kira kamu sedang ada job di luar. Aku minta maaf datang tanpa mengajak kamu!" Suara Ratna sedikit meninggi. Beberapa pengunjung sempat menoleh sesaat.
"Bagus, ya, kelakuan kamu? Hanya demi mengejar cinta seseorang, kau korbankan persahabatan kita. Aku akan benci kamu!" Amarah Fara tertuang meski berusaha untuk ditahan.
"Far, kamu tahu 'kan aku juga mencintai Mas Aryo?" ucap Ratna tanpa ragu.
Fara hanya terdiam sambil mengayunkan kaki kanan meninggalkan Ratna. Namun, sebelum langkah ketiga ia berucap penuh tekanan.
"Mau banjir darah kamu? Aku bisa pastikan itu akan terjadi, jika kamu memilikinya, paham?!"
Tak ada lagi yang terdengar baik dari bibir Fara maupun Ratna. Mereka berpisah dengan hati saling berkecamuk. Ratna mungkin heran, dari mana Fara bisa tahu semua. Fara pun mungkin tak habis pikir, bagaimana dia bisa berucap setega itu kepada sahabatnya, meskipun itu membuatnya lega telah meluapkan emosi.