Bagi saya pribadi, pemberian hampers atau parcel bisa merujuk pada budaya Indonesia, khususnya Jawa. Dulu, ibu saya selalu memberikan sesuatu kepada orang yang lebih tua saat menjelang lebaran. Entah berupa nasi kuning, kue-kue untuk lebaran, atau bahan makanan lain untuk perayaan Idulfitri.Â
Namun, dengan berjalannya waktu dan kemajuan teknologi, pemberian atau bingkisan itu beralih kemasan. Dengan teknik membungkus dan menata yang bagus, jadilah hampers atau parcel. Penerimanya pun bukan lagi orang yang dituakan, tetapi bisa kepada yang muda tetapi dihormati.Â
Sekarang, banyak perusahaan yang memberikan hampers atau parcel kepada karyawan, pimpinan, atau klien mereka. Baik sebagai hadiah, tanda terima kasih, atau sebagai tanda kehadiran diri pada momen tertentu.Â
Tak ada salahnya memberikan hampers kepada siapa pun. Terlebih kepada mereka yang memang memerlukan. Namun, jika parcel diberikan karena ada kepentingan tertentu, itu yang bisa menjadi masalah.
Bagi pejabat-pejabat yang punya kuasa atas suatu urusan, sebaiknya mencermati terlebih dulu. Adakah niat terselubung di balik pemberian hampers? Bisa jadi, Hal itu justru akan menyulitkan dia nantinya saat membuat keputusan.Â
Kebaikan memang pantas dibalas dengan kebaikan, asal kebaikan itu tidak menyeretnya pada keadaan sulit. Namun, jika menerima parcel yang diembel-embeli niatan buruk, untuk meluluskan niat tak baik, alangkah bijaknya jika berhati-hati.Â
Tak heran, jika beberapa waktu lalu, ada larangan bagi pegawai negeri untuk menerima parcel. Apa pun bentuknya, hampers atau parcel, dikhawatirkan bisa menggoyahkan pejabat tertentu untuk memutuskan suatu urusan.Â
Biasanya, seseorang jika sudah menerima kebaikan dari orang lain, ia kan sungkan dengan si pemberi. Maka, ia akan berupaya membalas kebaikan itu. Khawatirnya, pemberian itu akan berkaitan dengan kedudukan atau jabatan yang diembannya, agar dimudahkan, diloloskan, atau disetujui tanpa mempertimbangkan kepentingan lain.Â
Semoga saja kekhawatiran itu tidak terjadi. Niat baik, perilaku baik, hasilnya pun akan baik untuk semua. Insyaallah.Â
Bagaimana kenyataanya di lapangan?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H