Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Haruskah Aku Kembali Belajar?

3 Januari 2021   11:35 Diperbarui: 3 Januari 2021   11:58 349
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Nenek pun terlihat ikut marah mendengar cerita Ibu. Dia juga menyalahkan tindakan Ayah yang menurut mereka salah. Namun, aku masih belum paham, apa penyebab kemarahan Ayah hingga mengusir ibuku.

Azan Maghrib berkumandang, seperti biasa jika aku masih di rumah Ayah, segera kuambil mukena menuju musala dekat rumah. Bersama teman sebaya, aku sering ikut salat berjamaah di sana. Namun kali ini, mukena yang kupunya tidak dibawa oleh Ibu, apa yang harus kupakai untuk salat?

Malam pun menjelang, aku masih bingung dengan apa yang harus kulakukan. Buku pelajaran tak ada yang kubawa, padahal besok ada ulangan harian dari Bu Guru. Apa juga yang harus kubaca dan kupelajari? Mana mungkin aku kembali ke rumah Ayah untuk mengambil buku pelajaran?

Aku hanya diam, sesekali mendengar percakapan Ibu dan Nenek. Ada sedikit kalimat yang bisa kutangkap, sepertinya Ayah marah karena Ibu selalu minta uang. Padahal, Ayah sudah berlebihan memberinya.

Ah, entahlah, lebih baik aku tidur saja. Semoga esok Ibu mengajakku kembali ke rumah Ayah. 

***

Pagi itu, Ibu mendapat kabar dari Bu Guru bahwa sekolah diliburkan. Aku bersyukur, tidak jadi ketinggalan pelajaran dan harus ujian susulan sendiri. Akan tetapi, libur kali ini belum jelas sampai kapan, Bu Guru hanya menyampaikan libur dan akan ada pengumuman selanjutnya.

Aku termenung, tak ada teman yang bisa kuajak bermain di rumah Nenek. Nenek sibuk berjualan, sedangkan Ibu tampak mondar-mandir dengan HP-nya. Sesekali terdengar nada panggil di ponsel itu, seseorang menghubunginya.

Tampak kegelisahan di wajah Ibu, tetapi aku takut untuk menanyakannya. Sesekali terdengar Ibu menjawab telepon dan menjanjikan hari lain kepada si penelepon. Namun, aku masih belum jelas juga, hanya bisa mereka-reka dari pembicaraan Ibu.

Tuhan, apakah ini suatu pelajaran yang juga harus dimengerti? Kenapa ayah dan ibuku bertengkar dan harus mengorbankan sekolahku? Apakah masalahnya begitu besar?

Waktu terus berlalu, aku masih belum kembali ke rumah Ayah. Sekolah pun masih libur karena pandemi masih menyelimuti bumi ini. Begitu yang kudengar dari orang-orang dewasa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun