Siang itu, sesosok tubuh diturunkan dari sebuah mobil
Diangkat beberapa lelaki, berpenampilan rapi layaknya pegawai sebuah instansi
Penjemput pun telah siap menerima dengan kereta, berikut lembar isian data
Lalu, membaringkan raga renta itu di sudut instalasi darurat
Jasad itu sendirian, setelah tuan dan puan meninggalkannya dengan sedikit keterangan
Menggigil, merasakan sakit, menjawab pertanyaan yang tak semua bisa mengerti maksudnya
Detik yang berpacu, berlomba dengan detak jantung
Desah nafas yang kian melemah semakin meredupkan binar mata
Beberapa tindakan yang telah dilakukan, mampu membuat wanita renta itu lelap
Sesaat perih itu sirna, karena tusukan kecil penyambung nyawa
Ketika roda melaju menyusuri lorong sepi, perempuan itu terjaga
Menyadari dirinya telah berpindah celah, pada sebuah bilik perawatan
Tak satu pun sanak mendampingi
Tak seorang pun kerabat menghampiri
Wanita tua penghuni panti yang bergumul dengan kepedihan
Sendiri menentang sepi, menelan kegetiran hidup dengan linangan air mata
Ingin mengeluh, siapa yang sanggup menerima rintihannya
Ingin meminta, siapa yang sudi berbagi dengannya
Tatapan nanar itu, menyiratkan keputusasaannya
Bibir pun terkatup, menandakan tak ada lagi keinginannya
Bahwa mati adalah jalan yang terbaik untuknya
Daripada hidup berkalang derita
Sebatang kara dalam jasad yang lemah
Tanpa sanak saudara yang peduli dengan keberadaannya
Tuhan, apa yang telah diperbuatnya
Hingga kau hukum dia dengan berjuta celaka
Dosa besar apa yang telah dilakukannya
Hingga petaka menjadi bagian dalam hidupnya
Tak adakah tempat baginya untuk berbahagia
Walau itu hanya ada, di sudut terkumuh dari surga
Any Sukamto
25 November 2020
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H