Bapak selalu berpesan agar sabar, apa pun keadaan rumah tanggaku hanya aku yang bisa menciptakan suasana di dalamnya. Entah itu bahagia atau derita, akulah yang akan merasakannya juga.
Empat hari di rumah sakit, kondisi Bapak belum juga membaik. Entah penyakit apa yang sebenarnya diderita. Sonde yang awalnya sudah dilepas akan dipasang lagi di dihidungnya untuk memasukkan makanan ke perutnya, karena yang masuk melalui mulut selalu keluar dimuntahkan.
***
Sabtu malam, tubuhku terasa lelah sekali dan berniat akan merebahkannya di pembaringan. Belum juga mata ini terpejam, Mas Rio tiba-tiba membangunkan aku karena merasakan sesak di dadanya. Napasnya tersengal, seolah sulit untuk menghirup oksigen. Â
Tanpa pikir panjang aku pun melarikan Mas Rio ke klinik terdekat. Namun, sesampainya di sana dokter tak mau menerima kami dan langsung menyarankan kami ke rumah sakit umum yang lebih besar, dengan alasan perlengkapan yang kurang lengkap.
Dokter hanya memberi pertolongan pertama dengan memasukkan obat yang telah diserbuk ke bawah lidah Mas Rio. Kami pun minta ambulans yang mengantar ke rumah sakit, karena Mas Rio butuh tabung oksigen dan agar segera sampai untuk mendapat pertolongan.
Tengah malam ambulans membelah jalanan dan sirenenya memecah kesunyian. Aku mendampingi Mas Rio yang berkeringat dingin dengan masker oksigen di hidung. Sementara otakku melayang, biaya berobat dari mana nanti, tabungan yang kami miliki hanya untuk persiapan SPP anak-anak.
Untuk kedua kalinya aku berurusan dengan IGD karena menunggui lelakiku mendapat perawatan darurat. Kali ini lain lagi IGD-nya, setelah Bapak masuk IGD hari Selasa di Surabaya, menyusul Mas Rio hari Sabtu yang masuk rumah sakit Sidoarjo. Tuhan, pertanda apakah ini?
Tiga jam sudah menunggu proses pemeriksaan, lalu dokter memanggilku menjelaskan hasilnya.
"Suami Ibu mengalami serangan jantung koroner. Beruntung bisa segera mendapat perawatan. Dan terpaksa kami harus merawatnya di Intensive Coronary Care Unit, atau ruang perawatan khusus untuk penderita jantung koroner, seperti suami Ibu. Untuk itu silakan rundingkan dulu dengan suami, mungkin berkaitan dengan pembiayaan."