Sikap orang tua yang kooperatif membuat komunikasi berjalan lancar antara orang tua dan dosen demi mahasiswa tersebut "sembuh". Bagi sang dosen, sikap individual si mahasiswa sudah jauh melebihi batas, hingga dia tak memedulikan dirinya sendiri.
Suatu ketika, sang ayah mengajaknya refreshing. Â Pergi ke suatu tempat dengan maksud si anak bisa menikmati keindahan dan kesegaran suasana hingga melupakan gawainya.
Namun, hal itu sia-sia. Si anak masih saja menyendiri dan selalu  menundukkan kepala. Tak tampak sedikit pun rasa percaya diri pada si mahasiswa tersebut. Butuh waktu yang lama untuk bisa mengubahnya secara perlahan.
Pengenalan gawai pada anak sangat perlu agar anak tidak gaptek (gagap teknologi), tetapi harus memperhatikan juga lama waktu penggunaan dan disesuaikan dengan umur anak. Jangan sampai pelarangan menggunakan gawai, akan menjadikan anak buta teknologi, sedangkan saat ini adalah era teknologi digital yang menuntut semua pihak bisa menggunakan kemajuan teknologi untuk memudahkan pekerjaan sesuai tantangan zaman.
Sebuah petuah bijak :
"Didiklah anakmu sesuai dengan jamannya."
Hal ini berarti, sebagai orang tua kita juga harus menyesuaikan pendidikan anak-anak, tetapi jangan sampai malah menghancurkan masa depan anak.
Bagaimana dengan tugas yang selalu diberikan sekolah selama pandemi bagi anak-anak? Bermanfaatkah bagi mereka? Lalu, jika tanpa menggunakan gawai, bagaimana cara belajar di rumah selama pandemi?
Permasalahan yang harusnya dibicarakan oleh pemangku jabatan dengan duduk bersama dan memutuskan yang terbaik bagi generasi bangsa. Semoga pandemi segera berlalu dan pergi meninggalkan bumi pertiwi, agar kehidupan kembali normal dan anak-anak menemukan kembali dunianya, dunia bermain.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H