Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Ramadan Pilihan

Di Antara Hilal yang Tampak

23 Mei 2020   05:47 Diperbarui: 23 Mei 2020   06:04 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh Mia Santoso

Pihak rumah sakit pun mengharuskan rawat inap. Dengan ditemukannya pneumonia menjadi alasan kuat ia harus opname. Paru-parunya hampir semua diselaputi oleh flek merupakan salah satu indikasi yang mengarah ke covid.  

4908692-s-5ec823e2097f3660a16a5e96.jpg
4908692-s-5ec823e2097f3660a16a5e96.jpg
Tergeletak tak berdaya di ruang perawatan, dengan selang oksigen tersambung ke hidung, dan tak diizinkan seorang pun menunggu. Atik merasa sangat kesepian, Karsa hanya menunggu di luar karena ada indikasi adanya covid-19 dalam tubuhnya. 

Namun, ia tak boleh sedih, apa pun yang akan terjadi anak-anak dan suami menanti kepulangannya di rumah. Ia harus sehat dan semangat untuk memperkuat antibodinya sendiri. 

Langkah yang terberat adalah saat menjalani swab test pertama. Sakit yang dirasakan kian menjadi-jadi, kondisinya pun kian melemah. Pihak rumah sakit tak mampu menangani dan  merujuknya ke rumah sakit pemerintah yang lebih besar, covid diduga telah bersarang di tubuhnya.

Hanya air mata yang bicara, hancur lebur seluruh rasa, Ramadan berlalu tanpa makna. Marah pada diri sendiri karena keadaan, entah siapa yang menyebabkan semua ini. Stres pun melanda, memikirkan diri sendiri dan mungkin menjadi penyebab keluarga menderita.

Saat masih lemah dan terbaring lunglai, tepat di hari ulang tahun, selembar amplop sebagai kado istimewa diterimanya. Hasil swab test menjadi kado terindah dalam hidup Atik. Covid benar-benar telah bersarang di tubuhnya, ia dinyatakan positif.

Terbayang satu per satu wajah anak-anak dan suaminya. Setelah sekian lama mendampingi, kini ia dinyatakan positif. Bagaimana dengan mereka, akan samakah nasibnya dan menderita sepertiku? Tuhan, ujian apa lagi ini?

Hanya Allah tempatnya kembali, dengan berurai air mata dia mengadukan segala masalah. Hanya kepada-Nya segala doa dipanjatkan. Beribu ampunan atas dosa dan kesalahan, juga memasrahkan diri memohon yang terbaik bagi semua. Harta benda tak lagi berarti di saat nyawa diujung belati.

Fernandozhiminaicela @Pixabay.com
Fernandozhiminaicela @Pixabay.com
Namun, semangat sembuh demi orang-orang yang ia cinta menjadikan obat tersendiri. Suasana hati dalam keterpurukan bukan menjadi beban sesungguhnya. Keselamatan anak-anak dan suami lebih utama dari segalanya.

Saat mengetahui anak dan suaminya tak terpengaruh covid dan negatif, menjadikan semangat hidupnya kian membara. Aku harus sembuh dan segera pulang ke rumah, pikirnya. Anak-anak dan suami  telah menanti dengan setia.

Hari yang dinanti pun tiba. Dokter mengizinkan pulang setelah dilakukan test yang terakhir atas kesembuhannya dari covid. Kesempatan hidup kedua telah di depan mata.

Di saat orang lain berlomba mencari pahala sebagai tiket ke surga, Atik masih berjibaku mengalahkan sakit yang dideritanya. Meski harus menyendiri di ruang isolasi dengan segala sakit yang dirasakannya, semua itu tak mengalahkan semangatnya untuk segera berkumpul bersama keluarga di hari yang mulia.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ramadan Selengkapnya
Lihat Ramadan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun