Pihak rumah sakit pun mengharuskan rawat inap. Dengan ditemukannya pneumonia menjadi alasan kuat ia harus opname. Paru-parunya hampir semua diselaputi oleh flek merupakan salah satu indikasi yang mengarah ke covid. Â
Namun, ia tak boleh sedih, apa pun yang akan terjadi anak-anak dan suami menanti kepulangannya di rumah. Ia harus sehat dan semangat untuk memperkuat antibodinya sendiri.Â
Langkah yang terberat adalah saat menjalani swab test pertama. Sakit yang dirasakan kian menjadi-jadi, kondisinya pun kian melemah. Pihak rumah sakit tak mampu menangani dan  merujuknya ke rumah sakit pemerintah yang lebih besar, covid diduga telah bersarang di tubuhnya.
Hanya air mata yang bicara, hancur lebur seluruh rasa, Ramadan berlalu tanpa makna. Marah pada diri sendiri karena keadaan, entah siapa yang menyebabkan semua ini. Stres pun melanda, memikirkan diri sendiri dan mungkin menjadi penyebab keluarga menderita.
Saat masih lemah dan terbaring lunglai, tepat di hari ulang tahun, selembar amplop sebagai kado istimewa diterimanya. Hasil swab test menjadi kado terindah dalam hidup Atik. Covid benar-benar telah bersarang di tubuhnya, ia dinyatakan positif.
Terbayang satu per satu wajah anak-anak dan suaminya. Setelah sekian lama mendampingi, kini ia dinyatakan positif. Bagaimana dengan mereka, akan samakah nasibnya dan menderita sepertiku? Tuhan, ujian apa lagi ini?
Hanya Allah tempatnya kembali, dengan berurai air mata dia mengadukan segala masalah. Hanya kepada-Nya segala doa dipanjatkan. Beribu ampunan atas dosa dan kesalahan, juga memasrahkan diri memohon yang terbaik bagi semua. Harta benda tak lagi berarti di saat nyawa diujung belati.
Saat mengetahui anak dan suaminya tak terpengaruh covid dan negatif, menjadikan semangat hidupnya kian membara. Aku harus sembuh dan segera pulang ke rumah, pikirnya. Anak-anak dan suami  telah menanti dengan setia.
Hari yang dinanti pun tiba. Dokter mengizinkan pulang setelah dilakukan test yang terakhir atas kesembuhannya dari covid. Kesempatan hidup kedua telah di depan mata.
Di saat orang lain berlomba mencari pahala sebagai tiket ke surga, Atik masih berjibaku mengalahkan sakit yang dideritanya. Meski harus menyendiri di ruang isolasi dengan segala sakit yang dirasakannya, semua itu tak mengalahkan semangatnya untuk segera berkumpul bersama keluarga di hari yang mulia.