Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Lelaki Pendamping

19 April 2020   17:31 Diperbarui: 19 April 2020   17:28 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Siang yang terik, Wito melangkahkan kaki dengan gembira menuju selnya. Usai mendapat  informasi akan mendapat keringanan hukuman, yang ingin ditelepon pertama adalah Minah ---kekasihnya. Hal ini berarti, bahwa dia akan menikmati udara bebas dan tidak lagi mendekam di balik terali besi.

Tepat di hari kebebasan, Minah dengan setia menunggu Wito keluar dari tahanan dan menunggunya di halaman lembaga pemasyarakatan. Sudah tak sabar menikmati hari, dan melewatkan waktu berdua dengan kekasih hati.  Terbayang hari indah mereka berdua, mengenakan baju adat kebesaran dan duduk di pelaminan.

"Minah, sudah lama menunggu?" sapa Wito mengejutkan. Wajahnya terlihat cerah, senyum manis terkembang, mirip artis Reza Rahardian.

"Oalah, Kang, sampe kaget aku. Kamu jadi bebas? Byuuh, aku sueneng, Kang. Corona membawa rejeki buat kita, ya, Kang." Sambil memandangi sosok Wito, Minah tak henti bertanya. "Akhirnya, kita bisa bersama, Kang. Dan semoga kita bisa segera menikah."

Wito hanya tersenyum menanggapi reaksi Minah yang kegirangan. Senyum Minah yang lugu mengingatkan Wito pada artis Aca Septriasa. Tak salah aku memilih kekasih, bisik Wito dalam hati.

Lalu, Wito melajukan motor meninggalkan lapas. Berdua melepas rindu, berboncengan melewati jalanan desa yang bergelombang, sesekali Minah mendekap tubuh Wito. Takut jika terjatuh dari motor, Wito hanya tersenyum menanggapi.

Sampai di sebuah warung tepi sawah, Wito menghentikan laju motor. Atas permintaan Minah, mereka berhenti sejenak untuk menikmati segarnya es kelapa muda, sambil membicarakan hari pernikahan mereka. Saat-saat yang ditunggu, melewatkan waktu berdua dalam dekapan kekasih.
 
"Kang, gimana, kita jadi menikah, to? Minggu depan sudah puasa, lho. Trus lebaran. Kita menikah habis lebaran, kan?" tanya Minah penuh semangat. Kepala disandarkan pada bahu Wito.

"Apa orang tuamu sudah menyetujui hubungan kita? Aku belum punya uang, Minah, aku juga belum kerja," jawab Wito, tiba-tiba gurat sedih terlihat di wajahnya.

"Bapak sakit jantung, Kang. Lagi pula, dia ingin aku segera menikah. Biar ada yang menemani. Awalnya memang nggak setuju aku menikah dengan Kang Wito. Tapi setelah sakit, nggak pernah ngomongin lagi masalah Kang Wito. Aku berharap Bapak setuju." Minah menjelaskan.

Sesaat Wito terdiam, mengingat kejadian lalu ketika diusir dari rumah Minah. Bapaknya marah dan tidak menyetujui hubungan mereka karena Wito pengangguran. Bagaimana sekarang setelah menjadi mantan narapidana?

Ambisi memiliki uang dari jalan terlarang telah menjerumuskannya ke balik terali besi. Alih-alih memiliki uang yang banyak dengan jalan menipu telah menjebloskannya ke hotel prodeo. Niat ingin segera menikah justru menundanya hingga beberapa saat. Wito hanya mendesah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun