Entah, berapa purnama telah berlalu. Berapa tarikh telah terlewat. Lelah menunggu kabar tanpa kepastian. Hanya satu yang kutahu, aku tak bisa berpaling kepada lelaki lain. Aku telah jatuh ke dalam hati Rayhan. Walaupun entah di mana dia sekarang.
Hari itu, seorang teman melangsungkan pesta pernikahan. Aku datang turut memberi selamat atas hari bahagianya. Hari di mana bahtera kehidupan berdua mulai dilajukan. Apakah aku juga akan menikmati hari sebahagia ini?
Sembari menikmati hidangan yang disuguhkan, para undangan juga dihibur iringan musik dari group akustik. Lagu-lagu yang dilantunkan cukup menghibur dan memeriahkan suasana. Siapa pun boleh memilih lagu, atau tampil sendiri menggantikan vokalis.
Tiba-tiba, seorang lelaki muda menyanyikan sebuah lagu yang mengusik jiwaku. Alunan musik yang indah dan untaian lirik yang menghanyutkan membawa sukmaku terbang ke masa lalu.
Teringat kembali bayangan Rayhan, terganggu ingatanku oleh kisah lalu. Terbayang saat-saat indah bersama Rayhan. Kehangatan dan keramahannya seolah kembali merasuki jiwa yang hampa.
Lirik demi lirik masih terus kuhayati. Bait demi bait masih tetap kunikmati. Lalu hanyut dalam untaian diksi indah, hingga meleleh bulir bening dari sudut mata.
Suara angin, angin sing ngreridu ati
Ngelingake seliramu sing tak tresnani
Pingin nangis, ngetokke eluh ning pipi
Suwe ra weruh, senadyan mung ono ngimpi
Ngalemo, ngelem neng dadaku
Tambanono rasa kangen ning atiku
Ngalemo, ngelem o neng aku
Ben ra adem kesiram udan ing dalu
Banyu Langit sing ono nduwur kayangan
Watu gede kalingan mendunge udan
Telesana atine wong sing kasmaran
Setiyo janji seprehne tansah kelingan