Mohon tunggu...
Any Sukamto
Any Sukamto Mohon Tunggu... Penulis - Belajar dan belajar

Ibu rumah tangga yang berharap keberkahan hidup dalam tiap embusan napas.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

(IL) Salam Terakhir

29 Maret 2020   00:13 Diperbarui: 22 April 2020   16:09 120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Salam Terakhir

Any Sukamto

Pagi itu, Ranti terbangun ketika mendengar raung motor berhenti di depan rumah. Seolah teringat dengan janji Yudha beberapa hari yang lalu, untuk bertamu sebelum hari keberangkatan. Segera gadis manis itu keluar dan menengok sekitar halaman.


Namun, karena hari masih gelap, tak tampak seorang pun ada di halaman. Tak ada juga yang baru melintas di depan rumah. Suara motor tadi meraung seperti berhenti di sini, lalu siapa? Pikir Ranti.


Saat melangkah hendak masuk rumah,
"Ran, aku jadi berangkat. Insyaallah nanti jam tiga sore." Suara Yudha mengejutkan, tetiba dia berdiri di samping Ranti.


"Oh, ya? Sukses, ya! Sudah disiapkan semua yang mau dibawa? Semoga bisa selesai tepat waktu, ya. Ingat tujuan awal, jangan macam-macam di sana." Ranti memberi semangat.


"Kamu jaga diri, ya. Jaga hati juga."


Pesan Yudha dibalas senyum tipis oleh Ranti. Gadis itu tahu perasaan Yudha, tetapi masih ragu kesungguhannya. Sikap Yudha yang masih sering tebar pesona membuat gadis semampai itu berpikir ulang.


"Kok, gitu? Kamu masih ragu? Aku memang nggak punya apa-apa, Ran, tapi aku yakin bisa membahagiakan kamu, dengan caraku." Yudha meyakinkan. Ranti hanya tertunduk, bimbang di antara sikap Yudha.


Kepergian Yudha ke Semarang menyisakan sedikit ganjalan di hati Ranti. Di satu sisi dia kasihan melihat kegigihan Yudha berusaha mendapatkan hatinya. Namun, di sisi lain masih ragu dengan keseriusan Yudha, banyak teman perempuan yang bergantung pada bantuan Yudha. Mungkinkah Yudha bisa setia jika dia selalu dikelilingi perempuan.


Tiga bulan berlalu. Kepulangan Yudha dari Semarang justru membuat Ranti resah. Pengawalan ketat selalu menyulitkan Ranti untuk beraktivitas.


"Ran, serius kamu mau kuliah di institut itu? Di sana banyak lakinya. Aku nggak ingin kamu jadi berubah karena salah lingkungan," keluh Yudha mengkhawatirkan Ranti.


"Apa bedanya aku kuliah di kampus lain yang banyak perempuannya? Kalo niatnya memang mau nggak bener, ya di mana pun juga nggak akan bener," tegas Ranti.


"Kenapa, sih, kamu selalu ketus, Ran? Aku takut kamu jatuh cinta sama yang lain. Aahh, semoga kamu baik-baik saja di sana." Yudha semakin khawatir.


"Lhoh, emang kenapa kalo aku jatuh cinta sama yang lain, nggak boleh? Eehh, kita nih pacaran nggak, sih?" Pertanyaan Ranti mengejutkan Yudha.


"Ran ...!" Yudha tercekat. “Selama ini aku berubah karena kamu, Ran. Ingat kan aku yang dulu seperti apa? Kenapa kamu tega bertanya seperti itu?”


Selama ini memang Ranti dan Yudha saling dekat. Namun, Ranti sendiri masih bingung dengan sikap Yudha. Hanya bersikap manis jika berdua. Akan tetapi berubah jika berkumpul dengan teman perempuan lain, selalu cuek dengan Ranti. Sikap ini yang membuat Ranti ragu.


Hari itu Ranti sengaja pulang awal. Dari kampus menuju rumah lewat arah yang tidak biasa dilewati. Memutar lebih jauh sekalian mencari sesuatu yang dibutuhkan.


Terlihat oleh Ranti dari jauh, Yudha sedang membonceng perempuan. Timbul tanya dalam hatinya, siapa dan apa keperluan mereka. Ranti hanya menebak dan berpikir keras.
Sore hari, Yudha datang menemui Ranti dengan wajah ceria.


"Ran, nanti malam  kita nonton, yuk! Ada film bagus, nih."


"Kenapa nggak ngajak cewek yang tadi siang kamu bonceng? Siapa namanya?" ketus Ranti menjawab.


"Lhoh, kok kamu tahu aku boncengin Nora. Dari mana kamu? Mau ke mana?" Yudha balik bertanya.


"Nggak penting, tapi benar, 'kan? Ya udah, jalan aja sama dia." Emosi Ranti meninggi. Segera ditinggalkan Yudha yang sibuk mencari alasan.


Yudha hanya terdiam, merasa bersalah namun tak ada kesempatan menjelaskan. Dengan langkah gontai ia tinggalkan rumah Ranti.
Keesokan harinya, Yudha datang lagi. Namun, Ranti terlanjur sakit hati. Tak dihiraukannya kedatangan Yudha.


"Ran, aku mau pamit. Besok aku balik ke Semarang. Entah untuk berapa lama lagi. Kamu jaga diri, ya!"


Kalimat terakhir yang diucap Yudha meninggalkan tanya bagi Ranti. Bisik hati ingin menanyakan, tetapi lidah kelu karena emosi yang menggebu.


Di saat Ranti berpikir dan berusaha menerima Yudha dengan segala kekurangannya, justru ia dapati Yudha sedang bersama perempuan lain. Sakit hati Ranti seolah ditikam belati.


Sejak peristiwa itu, Yudha tak pernah datang. Ranti pun tak mengetahui kabar selanjutnya, tentang Yudha atau pun Nora. Hingga suatu hari, Rendi datang ke rumah Ranti untuk mengirimkan undangan pernikahan Nora. Sekaligus menceritakan kondisi Yudha yang sesungguhnya. Atas permintaan Yudhalah, Rendy menjelaskan kalau Nora adalah adik Andrey.


Rendy, Yudha dan Andrey bersahabat sejak SMP. Di antara Nora dan Yudha tak pernah ada hubungan. Kebetulan saja waktu itu Ranti bertemu, namun Yudha belum sempat menjelaskan.


Ranti merasa bersalah. Terlalu curiga pada sikap Yudha dan tak memberi kesempatan sedikit pun untuk menjelaskan. Kini, apa yang harus dilakukannya untuk menebus kesalahan pada Yudha?


Sedangkan Yudha kini terbaring lemah dalam dekapan istri yang tak pernah dicintai dan mencintainya. Ia hanya ingin membuktikan kepada Ranti bahwa keinginkannya telah diwujudkan, Yudha berhenti dari jalanan dan menjalani kehidupan normal seperti orang lain demi keinginan Ranti.

Sidoarjo, 28 Maret 2020

Terinspirasi lagu Salam Terakhir yang dibawakan oleh Ikang Fawzi 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun